Liputan6.com, Jakarta Ada yang menarik dibahas dalam acara Jakarta Diabetes Meeting 2014 yang berlangsung 20-21 Desember, yaitu tren pengobatan diabetes tanpa jarum. Seperti disampaikan ahli penyakit dalam, dr.Dante S.Herbuwono, SpPD-KEMD,PhD bahwa dalam pengobatan diabetes ada perkembangan teknologi yang membuat pasien bisa memilih yang sesuai dan nyaman. Berikut ulasannya  Senin (22/12/2014):
1. Closed loop insulin pump
Baca Juga
Bentuknya seperti pager jaman dulu yang memiliki jarum di dalamnya dan selang anti air dan bisa diatur dosisnya melalui aplikasi di I-phone. Alat ini berguna untuk mengontrol kadar gula darah secara mudah dan efektif. Terdiri dari satu set
perlengkapan, yaitu: pump (pompa), reservoir (tabung penampung insulin) dan infusion set (selang penghubung antara reservoir dengan cannula dan tabung plastik kecil yang akan terletak di bawah lapisan kulit).
Advertisement
2. Needleless insulin delivery system
Tak seperti insulin yang kelihatan jarumnya, insulin ini tidak menggunakan jarum sehingga efektif bagi pasien yang takut jarum.
3. Oral insulin delivery
Obat minum ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas.
Inhaled insulin
4. Inhaled insulin delivery
Insulin ini digunakan dengan cara dihirup. Ditemukan pada 1925, molekul insulin yang dihirup akan masuk paru-paru hingga menyebar melalui pembuluh darah. Sayang, pengobatan cara ini dilarang pada 2008 karena terbukti menyebabkan kanker paru-paru.
5. Insulin dependent
Tidak seperti tipe diabetes umumnya, insulin dependent terjadi ketika seseorang kekurangan insulin secara total sehingga bila tidak ditangani bisa menyebabkan kematian.
6. Bariatric Surgery
Bedah bariatrik (bariatric surgery) adalah prosedur bedah yang memotong sebgaian organ dalam tubuh untuk tujuan penurunan berat badan pada pasien obesitas morbid (obesitas yang menyebabkan penyakit).
7. Regenerative medicineÂ
Terapi regenerative medicine merupakan penggunaan stem cell atau sel punca yang membantu proses penyembuhan dan memperbaiki jaringan yang rusak. Sayangnya, pengobatan ini masih tergolong mahal. Butuh sekitar Rp 100 juta.
Advertisement