Setiap Warga Miskin Didorong Segera Mandiri Secara Ekonomi

Pemberdayaan warga miskin melalui program kartu sakti agar bisa mandiri. Melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) d

oleh Liputan6 diperbarui 08 Feb 2015, 12:05 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2015, 12:05 WIB
Nasib Warga Miskin di Kolong Jembatan Metropolitan
Kemiskinan yang kian tinggi tak mengurungkan niat mereka untuk menjadikan kolong jembatan sebagai tempat tinggal, Jakarta, Senin (16/6/14). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pemberdayaan warga miskin melalui program kartu sakti agar bisa mandiri. Melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

“Melalui kartu sakti tersebut, warga miskin segera mandiri dan keluar dari kemiskinan, ” kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam Penutupan Rakernas Muslimat NU di Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (7/2/2015).

Bagi warga miskin yang masih produktif, Kementerian Sosial (Kemensos) menyiapkan program untuk mendorong mandiri secara ekonomi dengan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

“Paket bantuan UEP dan KUBE dipersiapkan agar warga miskin segera mandiri secara ekonomi, ” katanya.

Warga miskin yang memiliki Rumah Tidak Layak Huni (rutilahu), disiapkan program rehabilitasi rumah agar menjadi layak huni. Sementara untuk program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dialihkan menjadi KIS.

Pada kondisi tertentu, bisa terjadi penerima UEP dan KUBE juga masuk dalam daftar KKS dan penerima Program Keluarga Harapan (PKH), sedangkan penerima KKS bisa mendapatkan bantuan rutilahu.

Besaran bantuan per bulan KIS Rp 19.250, KIP tingkat SD, Rp 450 ribu, SMP Rp 750 ribu dan SMA Rp 1 juta. Untuk KKS Rp 200 ribu tetapi tidak setiap bulan menerima. Artinya, pada bulan tertentu saja.

“Dengan terintegrasi berbagai program pemberdayaan sosial, maka diharapkan warga miskin menjadi siap mandiri, sekaligus keluar dari kondisi kurang mampu, ” katanya.

Pemberdayaan juga termasuk untuk 1,7 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). PMKS terdiri dari lanjut usia terlantar, anak terlantar, gelandangan pengemis dan penyandang disabilitas miskin.

“Awal November lalu, diundang Dinas Sosial (Dinsos) tingkat provinsi dan kabupaten/kota, organisasi sosial (orsos) tingkat pusat, untuk mengkonsolidasikan penanganan sosial, serta mengirim Compact Disk (CD) agar diisi data masing-masing wilayah dan dikirim ke pusat, ” katanya.

Dalam kesempatan itu, Mensos melakukan penanaman pohon di sela penutupan Rakernas Muslimah NU sebagai langkah antisipasi untuk 274 kabupaten yang berpotensi terjadi longsor.

“Setiap saya ke daerah, alhamdulillah selalu menyempatkan untuk melakukan penanaman pohon sebagai langkah pencegahan dan menciptakan hidup harmoni dengan alam, ” ucapnya.

Hidup harmoni dengan alam, dimaknai bahwa masalah banjir dan longsor adalah bagaimana alam harus dikelola dengan baik dan dilakukan upaya pencegahan dari kerusakan. Misalnya, di Samarinda setiap satu orang diharuskan menanam lima pohon.

Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah bisa dimanfaatkan dan diolah untuk pupuk dan sumber energi terbarukan, sehingga bisa mengefisiensi penggunaan elpiji.

“Energi terbarukan bisa didapatkan dari panas matahari (solar cell), sebagai energi alternatif listrik, ” tandasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya