Studi: Kekerasan Seksual pada Anak Paling Tinggi di Swaziland

Adanya kekerasan seksual pada anak namun kurangnya perlindungan sebabkan sederet permasalahan pada kehidupan mereka di depannya.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 05 Jun 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2015, 18:00 WIB
Para Psikolog Gelar Sosialisasi Cegah Kekerasan Seks pada Anak
Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Bali menggelar sosialisasi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak usia dini kepada guru PAUD

Liputan6.com, New York- Kekerasan seksual pada anak tidak hanya jadi masalah di Indonesia, namun juga dunia. Sayangnya, hanya sedikit korban yang mendapatkan perlindungan.

Menurut data terbaru dalam Morbidity and Mortality Weekly Report paling tidak ada 25 persen perempuan dan 10 persen laki-laki yang mengalami kekerasan seksual saat masih kecil. Data ini didapatkan dari Survei Violence Against Children yang dilakukan dari 2007 hingga 2013 pada laki-laki dan perempuan usia 18-24 tahun di Swaziland, Tanzania, Kenya, Zimbabwe, Malawi, Haiti, dan Kamboja.

Dalam survei tersebut para responden ditanyai tentang kekerasan seksual yang dialami sebelum usia 18 tahun. Kekerasan seksual di sini batasannya adalah aktivitas menyentuh bagian yang tidak diinginkan, berkaitan dengan seks, ditekan atau dipaksa untuk melakukan seks.

Di antara tujuh negara, Kamboja yang memiliki tingkat kekerasan seksual terendah pada anak yakni 4,4 persen perempuan dan 5,6 persen laki-laki. Lalu yang tertinggi adalah di Swaziland. Negara di selatan Afrika ini memiliki tingkat kekerasan pada anak perempuan sangat tinggi yakni mencapai 32,5 persen.

Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Adanya kekerasan seksual pada anak serta rendahnya tingkat perlindungan dapat menyebabkan sederet permasalahan bagi sang anak. Mulai dari kehamilan, depresi dan penyakit seperti dilansir laman Time, Jumat (5/6/2015).

"Trauma sejak kanak-kanak dapat menyebabkan perubahan biologis seperti respons hormon tubuh berubah, permasalahan mental seperti depresi dan rendah diri. Semuanya meningkatkan risiko untuk mengembangkan penyakit kronis," tulis peneliti.

Peneliti mengaku studi ini belum sempurna, namun setidaknya dapat menjadi referensi kepada berbagai negara akan permasalahan ini.

 

Baca juga:

Angka Kekerasan Seksual pada Anak Bikin Miris

Bila Ortu Masa Bodoh, Pelecehan Seksual Mengintai Anak

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya