Liputan6.com, Jakarta Zaman yang semakin maju menghadirkan sebuah fenomena baru dari teknologi, yang berasal dari getaran telepon genggam.
Sebuah penelitan terbaru yang dilakukan Dr Michelle Drouin dari Indiana University-Purdue menunjukkan bahwa banyak orang mengecek ponsel ketika ponsel mereka tidak berdering. Hal tersebut telah mempengaruhi kognitif seseorang yang seolah-olah merasa mendapat panggilan telepon, tapi ternyata tidak.
Baca Juga
"Sindrom getaran ponsel ialah sebuah sensasi pada seseorang yang merasakan seolah-olah ada getaran dari ponsel dalam sakunya. Namun saat diperiksa tak ada satu pun panggilan masuk dan menyadari itu hanyalah halusinasi belaka," kata Dr Robert Rosenberger, asisten profesor filsafat di Georgia Institute of Technology, kepada Today, Selasa (19/1/2016).
Advertisement
Sindrom getaran ini terjadi pada 89 persen mahasiswa di Indiana University-Purdue. Hal ini didukung oleh sebuah teori dari Robert Rosenberger seorang profesor dari Georgia Tech School of Public Policy yang disebut dengan 'kebiasaan tubuh'.
"Getaran ponsel yang sering terjadi dalam saku celana cenderung memberikan kebiasaan bagi para penggunanya," jelas Rosenberger.
Begitu juga Dr Larry Rosen, profesor dan psikolog di California State University, percaya bahwa sindrom getaran ponsel ini menjadi sebuah kecemasan baru yang perlu diwaspadai akibat kemajuan teknologi.
Nyatanya telepon genggam atau handphone kini memang berperan penting dalam kehidupan dalam segala aktivitas. Hal ini lantas menimbulkan fenomena baru perihal sindrom getaran palsu.
Namun para ahli percaya hal tersebut tidak berisiko atau berbahaya bagi kejiwaan manusia. Namun kejadian ini menjadi sebuah bukti nyata perihal kekuatan teknologi yang mampu mengendalikan kognitif manusia.