Liputan6.com, Jakarta Pasangan yang terbiasa dengan hal-hal romatis pun, kerap mengalami argumen dan pertengkaran dalam keseharian mereka.
Seperti dilansir dari laman hellogiggles.com, Senin (08/02/2016), sebuah studi mengungkapkan, pasangan menikah saat berargumen dapat membuat masing-masing individu merasa sakit hati lantaran tudingan dan hinaan.
Baca Juga
Baca Juga
Penghinaan yang digambarkan dalam studi tersebut berbentuk kata-kata kasar terhadap pasangannya. Kondisi ini terjadi akibat faktor emosi berlebihan sehingga mengantarkan hubungan ke dalam pertengkaran yang tidak sehat.
Advertisement
Dalam penelitian yang dilakukan oleh University of Washington dan UC Berkeley, peneliti mengikuti 79 pasangan selama 14 tahun. Selama waktu itu, lebih dari 20 pasangan bercerai akibat faktor perpecahan yang disebut "The superiority complex".
Di mana kondisi kompleks dalam hubungan mereka terjadi akibat salah satu atau kedua pasangan beranggapan bahwa pendapat mereka yang paling benar, sehingga menyebabkan cekcok antara keduanya. Salah satu maupun kedua pasangan tidak mau memberi kesempatan pada pasangan mereka untuk menyampaikan pendapat. Mereka juga tidak mau mempertimbangkan kemungkinan bahwa bisa saja pendapat pasangan mereka lebih baik.
Tidak mau saling mengalah dan mendengarkan tadi menyebabkan perseteruan, yang kemudian diiringi dengan penghinaan satu sama lain. Penghinaan jelas merupakan suatu pertanda buruk dari sebuah hubungan. Menurut Psychology Today penghinaan dalam hubungan dapat disembuhkan apabila salah satu dari pasangan dapat berperan menjadi pendengar yang baik.
Belajar untuk mendengarkan pendapat pasangan, terutama di saat sedang emosi, akan sangat membantu keharmonisan kehidupan pernikahan. Hal ini juga dapat mencegah pertengkaran dan keributan yang tidak perlu. Dengan begitu asmara dapat mengalir dan pikiran juga emosi akan terasa lebih mudah untuk mengelola ketenangan diri dan hubungan rumah tangga menjadi sehat.