Liputan6.com, Jakarta Idola adalah sosok yang dikagumi dan hendak ditiru segala perilakunya. Faktanya, individu dari usia anak-anak bahkan sampai dewasa, banyak yang mengidolakan sosok tertentu dalam kehidupannya. Mulai sosok di dunia nyata seperti orangtua, guru, pahlawan, tokoh agama, hingga sosok fiktif seperti tokoh-tokoh dalam film dan cerita fiksi.
Pencarian sosok idola pada umumnya dimulai semenjak individu berusia kanak-kanak. Sosok idola pertama biasanya adalah figur terdekat yakni orangtua atau pengasuhnya. Pada anak yang lebih usianya lebih dewasa, tokoh idola bergeser ke figur yang berada di luar keluarga termasuk juga tokoh-tokoh fiktif misalnya superhero. Bagi seorang anak, idola berperan penting dalam perkembangan dirinya. Lewat jendela mata tokoh idolanya, anak akan melihat dunia di sekitarnya. Tidak berhenti sampai di situ, anak-anak bahkan akan berpenampilan dan berperilaku secara serupa dengan tokoh idolanya.
Baca Juga
Memiliki idola sebenarnya dapat mendorong remaja berkembang secara positif. Jika sang idola, misalnya saja, adalah sosok yang suka menolong, para remaja yang mengidolakannya dapat terdorong untuk melakukan perilaku serupa. Masalahnya, tidak semua sosok idola adalah sosok yang ideal. Bagi mereka yang berada di usia remaja, pemilihan idola seringkali tidak menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang adaptif secara sosial. Banyak remaja yang mengidolakan tokoh-tokoh yang di mata masyarakat justru merupakan tokoh yang pandangan dan perilakunya dianggap negatif. Misalnya saja pecandu narkoba bahkan pelaku tindak kriminal.
Advertisement
Hal ini terjadi karena remaja memiliki pertimbangan yang khas dalam memilih idola. Pertimbangan-pertimbangan tersebut seringkali tidak menghiraukan kepatutan moral dan sosial. Yang penting sang idola secara tampak mata memiliki karakteristik yang diakui dan dikagumi oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini tentu saja akan berpotensi mempengaruhi para remaja tersebut untuk berperilaku secara tidak adaptif pula.
Oleh karenanya, penting bagi para orangtua untuk mengambil peran saat anak-anak mereka mencari tokoh-tokoh yang menjadi idolanya. Orangtua memang tidak dapat menentukan sepenuhnya bagaimana anak mencari idola. Akan tetapi, dengan mengajak diskusi dan memberikan pertimbangan, orangtua bisa saja mempengaruhi anak-anaknya dalam memilih sosok yang diidolakannya.
3 cara temani anak
Â
3 cara temani anak
Beberapa cara yang dapat dilakukan bagi orangtua dalam menemani anak mencari idolanya adalah:
1. Membangun keterbukaan dengan anak
Pemilihan idola pada akhirnya merupakan keputusan anak sendiri. Akan tetapi, orangtua dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dirasa baik untuk anak. Mau tidaknya anak mendengarkan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan orangtua tergantung dari sejauh mana hubungan orangtua dengan anak-anaknya. Orangtua yang terbiasa dominan dan memaksakan kehendak pada anak hanya menghasilkan anak-anak yang tampak penurut namun membangkang di belakang mereka.
Sementara itu, orangtua yang tidak pernah memberikan perhatian atau mengabaikan anak tidak akan menimbulkan rasa hormat dari anak sehingga anak cenderung akan menolak pertimbangan-pertimbangan orangtuanya bahkan secara terang-terangan. Kebiasaan membangun keterbukaan dengan anak lewat kemauan orangtua meluangkan hidupnya mendengarkan sudut pandang anak akan menghasilkan anak-anak yang juga mau mendengarkan orang lain termasuk orangtuanya.
2. Menggunakan media
Penggunaan berbagai media merupakan cara yang dapat dicoba oleh orangtua dalam mempromosikan sosk-sosok idola yang dianggap baik. Media tersebut dapat beraneka ragam. Mulai dari cerita baik lisan maupun tertulis. Dengan perkembangan teknologi saat ini, orangtua dapat memanfaatkannya dengan menampilkan berbagai sosok yang layak dijadikan idola. Yang paling penting dalam penggunaan media, apa pun bentuknya, adalah membicarakan isi dan pesan yang disampaikan dari media-media tersebut. Misalnya setelah menonton sebuah film mengenai perjuangan seorang tokoh, orangtua dapat berbicara mengenai pentingnya menjadi sosok yang pantang menyerah meskipun seringkali gagal seperti kisah tokoh yang diceritakan dalam film tersebut.
3. Menunjukkan konsekuensi
Orangtua kadangkala perlu mengajak anak melihat bagaimana konsekuensi sikap dan perilaku sosok-sosok yang hendak dipilih menjadi idola. Misalnya saja, orangtua dapat menunjukkan bahwa meskipun ada tokoh yang tampak sukes dan berhasil, dia melupakan waktu untuk keluarga sehingga anak-anaknya terabaikan. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih melihat kedalaman dalam memilih idola dibandingkan hanya sekedar penampakan dari luar saja.
Y. Heri Widodo
Dosen Univeritas Sanata Dharma dan Pemilik Taman Penitipan Anak Kerang Mutiara Yogyakarta
Advertisement