Pubertas Dini, Bayi 1 Tahun Sudah Tumbuh Rambut Kemaluan

Pasangan suami istri di India dibuat kaget oleh putranya yang sudah tumbuh rambut kemaluan saat usianya masih satu tahun.

oleh Melly Febrida diperbarui 01 Jun 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2016, 10:00 WIB
Makan Ayam Negeri, Penis Anak Bisa Lebih Kecil
Konsumsi ayam negeri yang telah disuntikkan hormon pertumbuhan bisa sebabkan demaskulinisasi yang membuat penis anak laki-laki jadi kecil/

Liputan6.com, Jakarta Pasangan suami istri di India dibuat kaget oleh putranya yang sudah tumbuh rambut kemaluan saat usianya masih satu tahun atau pubertas dini. Tak hanya itu, organ kemaluannya juga sudah berkembang layaknya pria dewasa.

Balita yang identitasnya sengaja disembunyikan itu bahkan memiliki kadar testosteron seperti pria berusia 25 tahun.

Sebuah rumah sakit khusus di New Delhi, Max Super Speciality Hospital, yang menangani balita itu. Dokter yang merawatnya mendiagnosis balita tersebut mengalami kondisi langka yang disebut precocious puberty atau pubertas dini.

Sang ibu sudah melihat pertumbuhan anaknya yang abnormal saat berusia enam bulan. Bayi tersebut tidak hanya lebih tinggi dibanding anak-anak lain seusianya, tapi organ kemaluannya juga mulai tumbuh abnormal.

"Kami pikir mungkin dia hanya bayi besar, jadi kami tidak membawanya ke dokter. Tapi dengan berjalannya waktu, jelas terlihat ada sesuatu yang salah," kata ibu balita yang tak disebutkan identitasnya seperti dilansir HindustanTime, Rabu (1/6/2016).

Orangtua sang balita baru membawanya ke dokter ketika berusia 18 bulan. Saat itu balita tersebut tingginya mencapai 95 sentimeter (cm), sekitar 10-15 cm lebih tinggi dibanding anak seusianya. Balita tersebut juga mempunyai rambut di wajah dan tubuhnya. Suaranya juga mulai pecah dan organ seksualnya sudah berkembang seperti pria dewasa.  

 

Terapi Hormon

Dr Vaishakhi Rustagi, seorang Edokrinologi Pediatrik konsultan di Max Super Speciality Hospital, Shalimar Bagh, mengatakan kadar testosteron balita tersebut memang sangat tinggi, setinggi pria berusia 25 tahun. Itulah yang membuat balita ini mulai mengalami perubahan fisik.

"Karena ia masih sangat kecil, ia tidak bisa memahami apa yang terjadi. Dia juga akan mengalami dorongan seksual," ujar Dr Rustagi.

Berdasarkan tes, balita memiliki kadar testosteron 500-600 nanogram per desiliter (ng/dl). Padahal kadar testosteron balita berusia satu tahun itu biasanya 20 ng/dl. Kondisi tersebut langka dan memengaruhi 1 dari 100.000.

"Kasus ini jarang terjadi, hanya sekali dalam 10 tahun. Precocious puberty (pubertas dini) adalah traumatis bagi anak seusianya. Bayi tidak bisa mengungkapkan perasaannya atau memahami apa yang terjadi padanya, sementara orangtuanya bingung," kata Dr Rustagi.

Kini, balita tersebut menjalani terapi hormon dengan suntikan yang memblokir efek dari hormon sebulan sekali. Kemudian, dosis akan dikurangi menjadi sekali dalam tiga bulan sampai dia berusia 10-11 tahun, dan selanjutnya akan terjadi perubahan dalam tubuhnya.

"Jika anak-anak tersebut tidak diobati, mereka akan menjadi kasar. Perubahan fisik tidak akan cocok untuk usia mereka. Mereka juga akan berhenti tumbuh setelah beberapa tahun dan tingginya tetap sekitar 94-121cm," kata Dr Rustagi.

Untuk perawatan, orangtua balita tersebut harus mengeluarkan 11.000 Rupee (sekitar Rp2,2 juta) per bulan untuk obat karena perusahaan asuransi menolak klaim mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya