Anjing Hindarkan Perempuan dari Stroke

Wanita pemilik hewan seperti anjing atau kucing berisiko rendah mengalami kematian dini akibat stroke

oleh Retno Wulandari diperbarui 29 Jun 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2016, 06:00 WIB
Haru, Persahabatan Anak dengan Penyakit Langka dan Anjing Cacat
Haru, Persahabatan Anak dengan Penyakit Langka bernama Owen dan Anjingnya yang Cacat, Haatcchi (sumber. Telegraph.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta Berita gembira bagi pecinta hewan peliharaan seperti anjing atau kucing. Sebuah survei dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menyatakan, wanita pemilik hewan seperti anjing atau kucing berisiko rendah mengalami kematian dini akibat stroke dibandingkan mereka yang tak memelihara hewan.

Seperti dikutip Foxnews, Selasa (28/6/2016), penemuan ini didasarkan atas peningkatan aktivitas fisik pemilik anjing atau kucing dikaitkan dengan rendahnya risiko kematian akibat stroke.

Penelitian dilakukan terhadap 4.000 orang dewasa usia 50 tahun ke atas, dengan riwayat tanpa penyakit sejak tahun 1988 – 1994, memiliki hewan peliharaan, melakukan aktivitas fisik, berat badan dan tinggi badan, merokok atau tidak, serta faktor risiko lainnya. Bahkan sebagian memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

Data dari Indeks Kematian Nasional Amerika tahun 2006, 11 dari 1.000 orang yang tak memiliki hewan peliharaan meninggal akibat penyakit kardiovaskular (pembuluh darah dan jantung). Sementara 7 dari 1.000 pemilik hewan peliharaan meninggal akibat penyakit yang sama.

Khusus untuk stroke, pria pemilik hewan peliharaan kemungkinan meninggalnya lebih tinggi dibanding wanita pemilik yang 40 persen lebih rendah kemungkinannya meninggal karena stroke.

“Kami percaya bahwa berjalan bersama anjing, baik untuk jantung dan mengurangi tekanan hidup dan tekanan darah," kata Jian Zhang dari Jiann-Ping Hsu College of Public Health dari Universitas Georgia Selatan Amerika Serikat.

Sementara memiliki kucing, katanya memberi efek positif bagi kesehatan jantung pemiliknya.

"Penelitian kami tidak boleh ditafsirkan untuk mendorong lebih banyak orang untuk memiliki hewan peliharaan, baik anjing atau kucing," kata Zhang.

"Binatang-binatang ini baik, jadi harus diperlihara secara bertanggung jawab," ujarnya.

Hal berbeda diungkap oleh Dr. Richard F.Gillum dari Howard University College of Medicine di Washington DC, yang tidak tergabung dalam survei NHANES.

"Dalam penelitian saya, ada kecenderungan pemilik hewan peliharaan memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal. Sebagian temuan menunjukkan ada hubungan antara hewan peliharaan dan kelangsungan hidup pemiliknya,” katanya.

"Data dari NHANES benar-benar tidak memadai untuk menyelesaikan pertanyaan, karena salah satu hanya dapat menentukan ada hewan peliharaan dalam rumah tangga, tapi tidak dengan jumlah hewan peliharaannya atau apakah peserta studi adalah pemilik, merawat atau berinteraksi dengan hewan-hewan itu," kata Gillum

Jadi, menurut Gillum, mereka harus menunggu studi lanjut yang lebih baik sebelum membuat kesimpulan tegas tentang hewan peliharaan dan kelangsungan hidup para pemiliknya.

"Bahkan jika ada pengurangan kematian akibat stroke di antara wanita yang memiliki kucing dan anjing, kematian wanita lain bisa saja disebabkan oleh faktor lain bukan karena tak memiliki hewan peliharaan.”tandas Gillum

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya