Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara untuk melakukan pendekatan menyeluruh pada masyarakat dalam mengendalikan beban ganda malnutrisi. Sebab profil nutrisi saat ini memperlihatkan, angka kurang gizi yang secara perlahan menurun bersamaan dengan angka kelebihan berat badan dan obesitas yang meninggi dengan cepat.
"Beban ganda ini menghambat pencapaian potensi individual secara maksimal, serta memicu peningkatan angka penyakit tidak menular. Kita perlu melakukan aksi multisektoral untuk mengatasi masalah ini secepat mungkin,” ujar Direktur Regional WHO untuk Kawasan Asia Tenggara, Dr Poonam Khetrapal Singh, melalui keterangan pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (8/9/2016).
Baca Juga
Menurut Singh, di seluruh kawasan Asia Tenggara diperkirakan 60 juta anak usia 0-5 tidak tumbuh mencapai tinggi potensial (stunted) dan 8,8 juta kelebihan berat badan. Sebanyak 24-27 persen remaja perempuan bertubuh kurus sementara 2-24 persen kelebihan berat badan. Pada perempuan dewasa, prevalensi kelebihan berat badan atau obesitas berkisar pada 18-30 persen.
Advertisement
"Tujuan pembangunan berkelanjutan yang perlu dicapai pada tahun 2030 menetapkan diakhirinya berbagai bentuk malnutrisi. Untuk mencapai tujuan ini, WHO menyusun Rencana Aksi Strategis untuk menurunkan beban ganda malnutrisi di kawasan Asia Tenggara 2016-2025,” kata Singh.
Rencana Aksi Strategis memainkan peranan advokasi dan rujukan bagi negara anggota yang akan memastikan bahwa intervensi nasional akan komprehensif dan didasarkan pada bukti ilmiah. Rencana ini bertitik pusat pada peningkatan peranan lingkungan untuk intervensi nutrisi dan memastikan komitmen multisektoral untuk menjawab masalah malnutrisi, termasuk dengan keterlibatan sektor swasta.
"Negara anggota bisa mendiskusikan dampak antar generasi pada generasi mendatang yang disebabkan oleh ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi maupun kelebihan berat badan dan obesitas akibat budaya konsumsi makanan yang tak tepat dan tak sehat, serta kurangnya aktivitas fisik," katanya.
Rencana Aksi Strategis diadopsi oleh negara-negara anggota WHO pada pertemuan Komite Regional WHO yang merupakan badan pembuat keputusan tertinggi bagi WHO Kawasan Asia Tenggara, dan terdiri dari para Menteri Kesehatan dari 11 negara anggota WHO di kawasan ini, yaitu Bangladesh, Bhutan, Republik Rakyat Demokratis Korea, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand dan Timor-Leste.