Liputan6.com, Jakarta Gempa Aceh membuat getir seluruh masyarakat Indonesia. Pascagempa 6,5 pada SR di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, seorang balita dilaporkan selamat dari reruntuhan rumah toko (ruko) yang ambruk di pusat ibu kota Kecamatan Meureudu.
Ibunya Mudiawati meninggal dunia dalam musibah bencana alam itu. Di saat dirinya butuh kasih sayang, bocah itu harus tinggal seorang diri.
Bocah itu merupakan satu dari sekian bocah korban bencana gempa Aceh (tektonik) sehingga memerlukan perhatian khusus agar traumanya hilang dan siap menghadapi kenyataan ke depannya.
Advertisement
"Balita ini anak almarhumah Mudiawati, S.PdI yang saat kejadian itu satu keluarga tinggal dalam ruko di Meureudu diperkirakan meninggal semua. Korban adalah rekan kami satu tempat mengajar di SMPN 2 Ulim," kata Sekretaris Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Pidie Jaya Nazaruddin.
Ketua Lembaha Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto, berinisiatif mendirikan pondok ceria atau trauma centre untuk memulihkan psikologis anak-anak korban gempa di Kabupaten Pidie Jaya, Aceha.
Mereka bekerja sama dengan Kementerian Sosial (Kemensos) untuk berbagi dengan bocah korban bencana alam gempa tektonik tersebut.
"Kedatangan saya ke lokasi bencana akan membangun pondok ceria untuk memulihkan rasa trauma anak-anak korban bencana," katanya kepada Antara di Sigli, Aceh.
Ia menyebutkan kegiatan pondok ceria itu seperti mengajak anak-anak korban bermain, melukis dan bernyanyi, bahkan mendirikan perpustakaan sehingga bisa melupakan peristiwa kehilangan orang tuanya atau sanak saudaranya.
Ini untuk memulihkan kepribadian anak atas dahsyatnya bencana alam hingga diperlukan cara pemulihan dengan melupakan bencana yang pernah dialaminya.
Dalam pendirian ini juga akan melibatkan tim psikolog dari Aceh yang tergabung dalam himpunan psikolog.
Kegiatan ini, kata dia, akan dilakukan berkesinambungan sampai selama proses pemulihan pascagempa yang terjadi pada Rabu (7/12) pagi itu.
Kegiatan serupa pernah dilakukan oleh lembaganya pada bencana tsunami Aceh dan Yogyakarta. "Di setiap terjadi bencana alam, kami akan mendirikan pondok ceria untuk `trauma healing'. Kegiatan ini dilakukan bersama kementerian sosial," katanya.
Sementara itu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa pihaknya menyediakan pondok anak ceria di sembilan titik bagi anak korban gempa bumi yang terjadi di Aceh pada Rabu (7/12).
Khofifah Indar Parawansa saat kunjungan kerja di Sorong, Papua, Kamis, mengatakan pondok anak ceria tersebut guna penyembuhan trauma anak korban gempa.
Dia mengatakan bahwa pondok ceria bagi korban gempa Aceh tersebut dikoordinir oleh tim trauma healing dan trauma konseling Kemensos yang ditugaskan menangani korban gempa tersebut.
"Kami menurunkan tim trauma healing dan trauma konseling ke Aceh sebanyak 13 orang yang diketuai oleh Kak Seto pada Kamis (8/12) pagi," ujar Khofifah.
Menurut dia, akan menyusul pula tim trauma healing dan trauma konseling dari Bandung yang disesuaikan dengan jadwal penerbangan pesawat ke Aceh.
Pemerintah tidak hanya fokus pada pemberian bantuan santunan dan sejenisnya pascagempa, tetapi juga fokus pada pemulihan psikologis korban, terutama anak-anak agar mereka tidak mengalami stres maupun depresi.
"Besok (Sabtu, 9/12) pagi pesawat pertama saya terbang ke Aceh guna mengunjungi korban gempa Aceh. Saya akan mengunjungi Kabupaten Pidie Jaya, Pidie, dan Bireuen," ujarnya.
Mensos mengungkapkan bahwa kehadirannya di Aceh untuk menyampaikan ucapan belasungkawa sebagai pemerintah dan menyerahkan bantuan santunan kematian kepada ahli waris korban meninggal dunia. (Ant)