Liputan6.com, Jakarta Anda pernah menonton film Eternal Sunshine of the Spotless Mind yang dibintangi oleh Jim Carrey dan Kate Winslett? Film itu bercerita tentang sepasang kekasih yang berusaha untuk menghapus ingatan mereka tentang satu sama lain.
Apa yang terjadi di film itu mungkin membuat beberapa orang iri. Karena, tak sedikit manusia yang sungguh-sungguh berharap bisa menghapus kenangan buruk yang menempel dalam memori mereka.
Baca Juga
Memiliki memori buruk bisa memiliki efek yang tak kalah buruk. Tak heran jika kemudian para ilmuwan berusaha untuk menemukan cara agar manusia kini bisa menyingkirkan ingatan yang tidak baik. Rencananya, mereka akan melakukan hal ini dengan cara memanipulasi memori.
Advertisement
Melansir D'marge, Minggu (18/12/2016), setiap kali manusia mengingat suatu memori secara spesifik, memori itu akan sedikit berubah. Dasar dari ingatan itu sendiri akan tetap sama, namun detil-detil lainnya bisa berganti-ganti. Misalnya, bagaimana cuaca di hari itu, apa warna baju Anda, dan detil-detil lainnya bisa jadi sedikit kabur.
Anda juga bisa semakin dibuat bingung ketika ada orang lain yang berusaha memberikan detil yang berbeda dengan apa yang Anda alami saat itu.
Menurut para ilmuwan, perubahan pada memori spesifik tadi bukanlah hal buruk. Mereka percaya, ada keuntungan yang bisa diambil dari hal itu, dengan cara menetralkan perasaan sedih, takut atau malu, dengan cara memblok norepinapherine--kimiawi yang diasosiasikan dengan respon untuk kabur atau melawan dan pemicu memori.
Dengan memblok kimiawi tadi pada dasarnya akan mengubah bagaimana suatu memori dikembalikan ke tempatnya, setelah diingat--proses ini disebut "rekonsolidasi".
Cara lain yang saat ini sedang diujicoba adalah: dengan cara menghirup gas xenon, senyawa kimia yang sering digunakan untuk anastesi di Eropa. Disimpan dalam inhaler asthma, gas ini dihirup sambil mengingat suatu memori buruk. Gas ini kemudian akan menargetkan reseptor otak, yang diasosiasikan dengan pembelajaran dan ingatan. Proses ini kemudian akan menghilangkan konotasi negatif di memori buruk tadi.
Sayangnya proses-proses di atas harus menempuh perjalanan panjang sebelum bisa diaplikasikan pada manusia, terlebih dari perspektif moral. Mengingat memori tertanam cukup dalam di otak, sedikit saja kesalahan bisa mempengaruhi seluruh pikiran seseorang.