Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Kembalikan Hasrat Bercinta yang Hilang Karena Susah Punya Anak

Injeksi hormon kisspeptin jadi solusi terbaru yang efektif atasi hilangnya nafsu seks akibat stres kesulitan menghasilkan keturunan.

oleh Adanti Pradita diperbarui 26 Jan 2017, 20:41 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2017, 20:41 WIB
Hasrat bercinta
Injeksi hormon kisspeptin jadi solusi atasi hilangnya nafsu seks akibat stres kesulitan menghasilkan keturunan.

Liputan6.com, Jakarta Ada banyak hal yang bisa menjadi alasan seseorang mengalami disfungsi seksual. Diantaranya adalah stres, rasa cemas berlebih, depresi dan kesulitan memiliki keturunan.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan di Imperial College London, Inggris mengungkap cara efektif mengatasi masalah hasrat bercinta yang hilang.

Temuan dari penelitian yang dipimpin oleh Profesor Waljit Dhillo dari Department of Medicine universitas tersebut menunjukan adanya satu hormon, yaitu kisspeptin yang ampuh membuat seseorang dengan penyakit psychosexual atau kehilangan nafsu bercinta, kembali bergairah.

Hormon kisspeptin memicu aktivitas di salah satu bagian dalam otak yang merupakan ruang kendali hasrat bercinta dan jiwa romantis. Tugas hormon ini adalah menstimulasinya agar kembali hidup dan menjadi dominan.

Hormon kisspeptin juga kerap disebut metastin. Hormon ini sebetulnya secara alami diproduksi oleh hipotalamus. Ketika hormon ini dilepaskan, pasalnya hal tersebut memicu terbentuknya dua hormon lain yaitu, luteinizing dan follicle.

Keduanya kemudian memproduksi hormon seks, testosterone dan sejenis estrogen, estradiol. Para peneliti berpendapat, hal seperti rasa sedih berkepanjangan karena kesulitan memiliki keturunan lambat laun bisa mengurangi frekuensi reaksi tersebut dalam otak.

Jadi, dengan hormon tersebut diinjeksi secara manual, mereka yakin hal seperti masalah hasrat bercinta bisa ditangani dengan cepat dan mudah.

Peneltian tersebut dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation. Dilansir dari laman Medical News Today, Kamis (26/1/2017).

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya