Perlukah Obat Berbeda untuk Batuk Kering atau Berdahak?

Studi terbaru mengklaim, batuk kering dan batuk berdahak ternyata tidak membutuhkan jenis obat batuk yang berbeda.

oleh Nilam Suri diperbarui 22 Feb 2017, 17:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2017, 17:30 WIB
obat batuk
Studi terbaru mengklaim, batuk kering dan batuk berdahak ternyata tidak membutuhkan jenis obat batuk yang berbeda.

Liputan6.com, Jakarta Jika melihat di apotek, Anda mungkin akan menemukan dua jenis obat batuk--untuk menangani batuk kering dan batuk berdahak. Selama ini konsumen dibuat percaya bahwa kedua jenis batuk ini membutuhkan penanganan yang berbeda.

Namun studi terbaru menemukan, hal ini ternyata sama sekali tidak diperlukan. Dan dua jenis obat batuk yang dijual tadi tak lebih dari sekedar strategi pemasaran.

Menurut ahli saluran pernapasan, semua batuk yang umum disebabkan oleh penyebab yang sama dan bisa diobati dengan satu jenis obat saja.

Profesor Alyn Morice dari University of Hull, Inggris, adalah salah satu pihak yang meminta perubahan dalam panduan farmasi sehubungan hal ini.

"Apoteker tak lagi perlu mencari tahu, apakah batuk yang akan diobati itu batuk kering atau batuk berdahak," ujarnya seperti dikutip dari Mail Online, Rabu (22/2/2017).

Dia menambahkan, "Cara para ahli medis menangani batuk membutuhkan pengkajian ulang yang mendesak."

Pembedaan jenis obat batuk ini berdasarkan situasi yang sudah tak relevan lagi untuk saat ini.

Menurutnya, kategori tadi didasarkan pada-- yang dulunya--adalah penanganan terbaik terhadap tuberkolosis dan bronkitis kronis. Dan di saat ini, hal ini tak lagi diperlukan karena sudah tak ada lagi risiko seseorang yang biasanya sehat akan "tenggelam" dalam dahaknya sendiri.

"Dari sudut pandang pemasaran hal ini adalah strategi yang baik, namun dari sudut pandang sains, ini sudah ketinggalan zaman," paparnya.

Dia juga mengatakan, untuk masalah infeksi saluran pernapasan akut, hanya ada sedikit sekali perbedaan antara batuk kering atau batuk berdahak.

Pada studi yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Pharmacist ini, Profesor Morice mengatakan semua batuk dipicu oleh hipersensitivitas refleks batuk. Hal ini terjadi ketika ujung saraf di tenggorokan menjadi sangat sensitif terhadap iritasi apapun yang kemudian memicu batuk.

Ulasan Profesor Morice ini muncul setelah para peneliti dari King's College Hospital di London melakukan uji coba terbesar terhadap obat batuk di Inggris.

Studi menemukan, batuk kering dan batuk berhadak bisa ditangani dengan obat yang sama.

Uji coba tadi menemukan, dua jenis batuk tadi tak membutuhkan jenis obat yang berbeda pula.

Sementara itu dalam penelitian tahun 2014 yang dilakukan Cochrane menemukan, tidak ada bukti bahwa sirup obat batuk bisa membantu ketika Anda sakit.

"Tidak ada bukti nyata untuk atau bertentangan dengan keefektivitasan obat batuk sirup pada batuk akut," penulis studi tersebut menyatakan.

Obat batuk, yang biasanya dijual seharga 60 ribu dan 100 ribu di Inggris adalah bagian dari industri kesehatan yang bernilai 60 triliun rupiah per tahunnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya