Liputan6.com, Jakarta Rumah Sakit University Medical Center (UMC) di Nevada terengah-engah Senin (2/10) kemarin. Aliran pasien membeludak akibat penembakan massal Las Vegas yang terjadi di festival musik country, Minggu malam waktu setempat.
Penembakan massal yang dilakukan oleh satu orang itu memakan 58 korban jiwa. Lebih dari 500 orang cedera. Tragedi penembakan Las Vegas ini didaulat sebagai penembakan paling mematikan dalam sejarah modern Amerika Serikat.
Detil tentang cedera yang dialami oleh korban yang selamat belum diketahui. Namun, Danita Cohen, salah satu eksekutif dari rumah sakit tadi (tempat banyak korban ditangani) merasa optimistis.
Advertisement
Pusat trauma UMC memiliki tingkat keselamatan pasien mencapai 97 persen, bahkan dalam kasus paling kritis sekali pun. "Harapannya, para korban akan bisa ditangani dan dipulangkan setelah tindakan medis dan perawatan yang baik di unit perawatan intensif kami," ujarnya kepada CBS News, dilansir dari Vox, Selasa (3/10/2017).
Salah satu keuntungan bagi korban penembakan Las Vegas adalah, tak hanya UMC, tapi kebanyakan rumah sakit di AS memiliki persiapan yang baik untuk menangani korban luka tembak.
Penduduk AS saat ini memiliki kemungkinan besar untuk selamat dari luka tembak dibanding dulu. Sejak 2002, kejadian fatal akibat senjata api bisa dijaga tetap stabil, walaupun kekerasan senjata api terus meningkat.
Hal itu berhasil dipertahankan berkat kemajuan medis yang lahir dari perang-perang Amerika.
Dokter yang memiliki spesialisasi menangani trauma--merawat pasien dengan luka kritis akibat kekerasan senjata api atau kecelakaan lalu lintas--menggunakan teknik yang diasah oleh dokter militer di medan perang, Irak dan Afganistan.
"Saat di medan perang," ujar Kolonel Todd Rasmussen, dokter medis dan profesor operasi yang bertugas di kedua perang tadi, "kami menangani luka dalam kecepatan 10 sampai 100 kali lipat dibanding yang ada di kota-kota di AS."
Rasmussen juga mengatakan, "Satu-satunya keuntungan dari perang adalah kemajuan medis."
Saat ini, kemajuan medis dari dunia militer ini tengah diuji keampuhannya untuk menangani ratusan korban penembakan massal Las Vegas.