Kebas dan Kesemutan 30 Menit, Waspadai Stroke

Umumnya serangan stroke selintas terjadi selama 30 menit hingga dua jam dan kemudian penderitanya kembali normal.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Okt 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2017, 12:30 WIB
Ilustrasi Stroke 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Kebanyakan masyarakat tidak memahami kondisi lumpuh sesaat itu merupakan gejala dini akan terjadi serangan stroke di kemudian hari.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi), Profesor Dr dr Mohamad Hasan Machfoed SpS(K) MS, mengimbau agar masyarakat mewaspadai kondisi tubuh ketika terasa lumpuh selama beberapa saat yang bisa mengarah pada serangan stroke.

"Serangan Stroke Selintas itu Transient Ischemic Attack (TIA), terjadi karena pembuluh darah menutup sementara. Itu bahaya, merupakan tanda dini terjadi stroke," kata Hasan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Pembuluh darah yang tersumbat sesaat menyebabkan aliran darah ke otak melambat atau terhenti sehingga mengakibatkan gejala gangguan saraf sesaat seperti yang dialami oleh penderita stroke.

Umumnya serangan stroke selintas terjadi selama 30 menit hingga dua jam dan kemudian penderitanya kembali normal. Serangan selintas itu menyebabkan kebas atau tak merasakan sebagian tubuh, gerak tubuh melemah tiba-tiba, kesemutan, dan berbicara tidak nyambung atau kata-katanya tidak terstruktur.

"Orang yang terkena stroke iskemik, biasanya didahului TIA," kata Prof Hasan.

Namun demikian, kata dia, kebanyakan masyarakat tidak memahami kondisi lumpuh sesaat itu merupakan gejala dini akan terjadi serangan stroke di kemudian hari.

 

 

Saksikan juga video berikut ini: 

4 faktor stroke

Penyakit stroke merupakan penyakit pertama yang menyebabkan kematian terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2013 menyebutkan prevalensi stroke di Indonesia sebanyak 12,1 per 1.000 orang.

Dia menyebutkan, stroke disebabkan empat faktor, yakni fisik, mental, sosial, dan spiritual. Dia mengingatkan agar masyarakat menjaga pola makan dan pola hidup sehat dengan menerapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, yakni melakukan aktivitas fisik, serta perbanyak makan buah dan sayuran.

"Hidup sehat, olahraga, cegah kegemukan, tidak konsumsi alkohol, tidak merokok, kalau ada diabetes kontrol diabetnya, kontrol lemak," kata dia.

Sejumlah faktor risiko dari segi fisik yang sebenarnya bisa dicegah ialah merokok, kurang aktivitas fisik, pola makan buruk, konsumsi alkohol, kadar kolesterol tinggi, narkotika, obesitas, terapi pengganti hormon, hipertensi, gangguan irama jantung, penyakit jantung lainnya, diabetes, dan migrain.

"Hipertensi yang paling jahat dari faktor yang lain, terutama hipertensi primer yang tidak ada sebabnya, 90 persen dari hipertensi yang ada," kata dia. 

(Aditya Ramadhan/AntaraNews) 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya