Menkes Nila Minta Produksi Vaksin Difteri Dipercepat

Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek telah meminta PT Biofarma mempercepat produksi vaksin (DPT-HB-Hib, DT, Td) untuk imunisasi difteri 2018.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 11 Des 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 11 Des 2017, 07:30 WIB
20160629-Ilustrasi-Vaksin-iStockphoto
Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Imunisasi difteri serentak dilakukan di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat hari ini, Senin, 11 Desember 2017. Ini merupakan langkah cepat yang diambil Kementerian Kesehatan RI guna mengatasi kasus difteri yang semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Mengutip situs Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan, Senin (11/12/2017), stok vaksin yang tersedia saat ini hanya cukup untuk Outbreak Response Immunization (ORI) pada 2017.

Meski begitu, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek telah meminta PT Biofarma mempercepat produksi vaksin (DPT-HB-Hib, DT, Td) agar imunisasi difteri serentak atau ORI di 2018 bisa dilanjutkan.

"Kami kemarin sore rapat dengan Biofarma, ketersediaan vaksin untuk sisa tahun 2017 ini mencukupi untuk ORI. Kami meminta untuk segera dibuat lagi sehingga Januari 2018 bisa mulai (ORI) lagi," kata Menkes Nila di kediamannya di Jakarta Selatan, Minggu (10/12).

ORI dilakukan secara bertahap yang akan diawali hari ini di 12 kabupaten/kota di tiga provinsi. Selanjutnya akan dilakukan pada Januari dan Juli 2018.

"Kita fokus kepada tiga provinsi dulu. Kami meminta Biofarma membuat vaksin ini lebih dipercepat. Jadi tahun 2017 untuk ketersediaan vaksin, kami meminta untuk lebih difokuskan," kata Menkes Nila. 

Kemenkes RI mengimbau masyarakat, terutama orangtua di wilayah yang akan dilakukan ORI, agar memanfaatkan kesempatan ini dengan memberikan imunisasi difteri pada anak mereka. Program Kemenkes ini diberikan secara gratis.

Saksikan juga video berikut ini: 

 

Kemenkes minta WHO untuk menyiapkan ADS

Pada kesempatan lain, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Mohamad Subuh, mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi dengan WHO di India dan Jenewa untuk membantu mencari obat difteri ADS. WHO sudah merespons dan menyatakan akan menyiapkan yang diperlukan oleh Indonesia.

ADS adalah obat difteri yang paling efektif, tapi juga produksinya masih langka. Pemberiannya pun tak boleh asal-asalan, harus dipastikan dulu bahwa pasien tersebut benar-benar positif difteri. 

ADS lebih berperan untuk menurunkan membran putih, biasanya dalam waktu tiga sampai lima hari bisa turun. Selain ADS, perlu antibiotik terutama bagi orang yang dekat dengan penderita.

Saat ini, Kemenkes RI menyimpan stok anti-difteri serum (ADS) sebanyak 1.000 dosis. Oleh karena itu, diharapkan rumah sakit jangan khawatir dengan kelangkaan ADS sebagai obat anti-difteri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya