Liputan6.com, Jakarta Radang tenggorokan umum terjadi pada seorang anak. Sebuah penelitian bahkan mengungkapkan bahwa kondisi itu bisa menimpa si Kecil sebanyak satu sampai dua kali dalam sebulan.Â
Radang tenggorokan bukanlah sebuah penyakit musiman. Kapan saja, jika beberapa faktor yang memicunya muncul, radang tenggorokan ini bisa menimpa anak.
Baca Juga
Faktor pemicu radang tenggorokan di antaranya adalah alergi, infeksi, maupun polutan yang ada di lingkungan sekitar.
Advertisement
Radang tenggorokan terdiri atas tiga jenis berdasarkan penyebabnya dan lama penyakitnya; akut (virus/bakteri), subakut (bakteri), dan kronis (bakteri). Gejalanya, rongga tenggorokan akan mengalami penebalan atau pembengkakan, serta kadang dapat ditemui ruam kemerahan ataupun bintik putih di bagian amandel yang menyebabkan anak nyeri saat menelan.
dr Ellen Theodora/Klik Dokter
Â
Kapan Anak Harus Dibawa ke Dokter karena Radang Tenggorokan?
Lantas, kapankah sebaiknya anak dibawa ke dokter saat mengalami radang tenggorokan? Dikatakan oleh seorang ahli di bidang THT, apabila gejala anak tidak membaik setelah 5 hari, maka dibutuhkan asupan antibiotik untuk menghadapi bakteri yang dicurigai sebagai penyebab radang ini.
Karena jika penyebabnya adalah virus (85% kasus dicetuskan oleh virus), biasanya akan sembuh sendiri selama nutrisi pada anak itu baik. Anak juga diperbolehkan mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas di apotek.
Selain itu, jika terdapat keluhan lain seperti demam di atas 39 derajat Celsius dan anak tidak mau makan, perlu dicurigai adanya penyakit penyerta yang mendampingi dan butuh tindakan lebih lanjut dari dokter. Begitu pula jika anak mengalami ruam di kulit, kelenjar membengkak di leher, kesulitan bernapas ataupun kesulitan menelan.
Bagaimanapun juga, menjaga kebugaran tubuh dengan istirahat cukup dan mengonsumsi makanan bergizi akan menjadi bekal yang kuat untuk melawan virus tersebut. Jangan lupa ajak anak untuk minum air putih secara cukup agar tenggorokannya terasa nyaman. Dengan demikian, keluhan radang tenggorokannya dapat berangsur-angsur membaik dan anak bisa kembali beraktivitas dengan ceria.
Advertisement