Pakar Bicara Tentang Dampak Psikologis Terperangkap di Gua

Korban yang terperangkap di dalam gua untuk waktu lama tidak hanya berpeluang mengalami masalah psikologis, tetapi juga sebaliknya mengalami pertumbuhan mental yang sehat, kata psikolog Prof. Dr. Lueger-Schuster.

diperbarui 14 Jul 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2018, 12:00 WIB
[Bintang] Gua di Thailand Akan Dijadikan Tempat Wisata
Menjadi tempat 12 remaja dan pelatih sepak bola terperangkap selama beberapa minggu, gua di Thailand utara akan dijadikan tempat wisata. (Foto: NBC News)

 

Jakarta Korban yang terperangkap di dalam gua untuk waktu lama tidak hanya berpeluang mengalami masalah psikologis, tetapi juga sebaliknya mengalami pertumbuhan mental yang sehat, kata psikolog Prof. Dr. Lueger-Schuster. Mari simak wawancara Reyhaneh Azizi dari DW :

DW: Apa dampak negatif yang bisa muncul pada bocah yang terjebak di dalam gua untuk waktu yang lama?

Professor Dr. Brigitte Lueger-Schuster: Saya kira masalah utamanya adalah minimnya cahaya matahari. Orang yang terus menerus hidup di dalam kegelapan untuk waktu yang lama cendrung lebih mudah terkena stress, karena ritme tidurnya terganggu. Hal ini berdampak pada kualitas tidur dan ritme biologis tubuh manusia.

Manusia terbiasa dengan struktur siang dan malam. Jika hal ini menghilang, maka akan semakin sulit untuk menanggulangi stres atau pengaruh eksternal.

Apakah anak-anak yang terjebak di dalam gua di Thailand akan mengalami dampak negatif terhadap kondisi psikologi seperti mimpi buruk atau klaustrofobia?

Saya sangat yakin mereka akan mengalami masalah. Contohnya jika mereka berada di sebuah ruang di mana mereka tidak bisa keluar dengan cepat. Atau suara hujan juga bisa memicu trauma karena inilah yang membuat mereka terjebak. Mereka juga mungkin akan sulit mempercayai lingkungannya setelah pengalaman ini.

Para bocah yang terperangkap berusia antara sebelas hingga 16 tahun. Apakah menurut anda ada perbedaan antara orang dewasa dan remaja dalam menanggapi situasi seperti ini?

Sulit dikatakan, karena berhubungan dengan perbedaan kultural antara misalnya di Eropa atau Asia. Mereka juga mungkin memiliki daya tahan fisik yang lebih baik ketimbang orang dewasa. Dan mungkin rasa takut yang mereka alami tidak sebesar orang dewasa karena mereka bisa jadi belum mengerti apa yang terjadi pada mereka secara utuh.

Jadi menurut Anda para bocah itu tidak memiliki rasa takut sebesar orang dewasa. Bisa anda jelaskan maksud anda tersebut?

Para bocah ini adalah atlit. Mereka yang berolahraga biasanya lebih berani dibandingkan khalayak umum. Menjelajahi gua yang gelap membutuhkan keberanian. Mereka melakukannya tanpa tahu apa yang akan terjadi. Jadi mereka mungkin berjiwa petualang dan ini bisa membantu mereka menghadapi situasi ini.

Cara apa yang paling baik untuk mempersiapkan mental para bocah ini untuk menghadapi dunia luar?

Setelah diselamatkan, mereka harus dikembalikan ke orangtuanya dan dilindungi dari jangkauan publik supaya mereka bisa beristirahat di tempat yang aman dan damai.

Apakah mereka membutuhkan layanan psikologis jangka panjang setelah diselamatkan?

Saya pastinya akan memberikan mereka perhatian psikologis untuk mengetahui apakah mereka membutuhkan perawatan tambahan. Saya juga akan memantau perkembangan mereka selama setidaknya satu bulan. Beberapa mungkin akan mengalami masalah, yang lain mungkin tidak. Sulit untuk diprediksi karena pengalaman semacam itu bisa memicu reaksi yang berbeda-beda dari individu ke individu.

Apakah pengalaman ini bisa membuat seorang bocah lebih kuat untuk menjalani kehidupan?

Ya, kita menyebutnya 'pertumbuhan post-trauma'. Pertumbuhan ini terjadi setelah seseorang mengalami stress yang sangat berat. Setelah mereka mendapatkan terapi yang baik dan kembali bersosialisasi dengan masyarakat umum, mereka bisa mendapat dampak positif secara psikologis dari sebuah situasi horror. Para bocah bisa menjadi lebih sensitif dan lebih mudah bersosialisasi. Mereka mungkin akan bisa menghargai indahnya kehidupan lebih dari sebelumnya. Jadi ada dampak positif yang bisa muncul dari pengalaman traumatis.

Professor Dr. Brigitte Leuger-Schuster adalah psikolog dan dosen di Institute for Applied Psychology di Universitas Vienna. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya