Liputan6.com, Jakarta Rencana gerai kopi Starbucks menyingkirkan sedotan plastik di seluruh tokonya pada 2020, mendapat tentangan dari beberapa kelompok pembela penyandang disabilitas.
Melansir New York Post, Selasa (17/7/2018), aktivis pembela hak penyandang disabilitas mengatakan, penghapusan sedotan plastik di Starbucks berdampak negatif bagi beberapa penyandang cacat.
Baca Juga
"Menghilangkan sedotan plastik dapat menyebabkan banyak orang disabilitas seperti saya tidak dapat makan, atau minym di restoran, di kafe... itu lebih dari sekadar kenyamanan. Sedotan adalah kebutuhan bagi orang-orang seperti kami," kata Sharon Shapiro-Lacks, anggota dewan di Brooklyn Center for Independence of the Disabled (BCID) pada PBS News Hour.
Advertisement
Beberapa kelompok di New York termasuk BCID dan Disabled in Action sempat berencana berkumpul di luar Starbucks di Union Square pada Minggu setelah pawai Disability Pride tahunan.
Namun, setelah berbicara dengan Direktur Global untuk Lingkungan Starbucks, Rebecca Zimmer, aksi itu dibatalkan.
 Saksikan juga video menarik berikut ini:
Kebutuhan Disabilitas akan Sedotan Plastik
Starbucks merilis pernyataan pada Jumat bahwa mereka akan tetap menawarkan sedotan bagi yang memintanya.
"Pengumuman Starbucks baru-baru ini tentang sedotan, tidak akan berdampak pada mereka yang membutuhkannya. Kami mengambil pendekatan desain inklusif pada semua kemasan untuu memastikan bahwa semua pelanggan dapat menikmati minuman Starbucks mereka," jelas pernyataan tersebut.
Namun, Direktur Eksekutif BCID Joseph Rappaport mengatakan bahwa mereka belum puas.
"Untuk lebih jelas, mereka belum memenuhi tuntutan kami, tapi kami harap mereka akan melanjutkan pembicaraan setelah itu," katanya.
Dalam sebuah surat terbuka di Facebook oleh Disability Rights Washington, mereka mengatakan betapa pentingnya plastik bagi orang-orang disabilitas.
"Jenis sedotan lainnya tidak menawarkan kombinasi kekuatan, fleksibilitas, dan keamanan yang dilakukan sedotan plastik. Sedotan logam menjadi panas atau dingin dan meningkatkan risiko cedera," tulis kelompok tersebut dalam suratnya.
Advertisement