Liputan6.com, Jakarta Bukan hal mudah dalam mempersatukan berbagai macam individu berbeda guna menciptakan kesatuan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Hal ini diakui oleh salah seorang Pembina calon Paskibraka 2018, H Subagio.
Menurut Subagio, kesulitan beberapa peserta terlihat pada mereka yang berasal dari daerah-daerah di Indonesia yang jauh dan pelosok, seperti yang diungkapkannya pada Diary Paskibraka, Senin, 30 Juli 2018.
Baca Juga
"Di hari pertama itu kesulitannya karena mereka yang di daerah itu ada yang tidak pernah pakai pesawat," ujar Subagio yang juga menjadi pelatih Paskibraka tersebut.
Advertisement
"Tahu-tahu dikirim ke sini pakai pesawat, mabuk, sakit, sudah biasa, " katanya menambahkan.
Subagio mengakui, calon Paskibraka 2018 tingkat nasional yang berasal dari pelosok memang terlihat cukup tertinggal ketika melakukan latihan seperti baris berbaris.
"Beda pengalamannya. Jadi itu kami maklumin. Kami para pembina dan pelatih harus bisa menyatukan itu dulu, " ujarnya.
Simak video menarik berikut ini:
Tugas Pelatih dan Pembina Menyatukan Calon Paskibraka 2018
Karena itulah, tugas pembina dan pelatih adalah untuk mempersatukan mereka agar mampu berjalan seiringan dan kompak.
"Terutama untuk perkenalan antar peserta dulu. Supaya kompak itu kita harus saling mengenal dulu selama dua hari. Makan bersama, kita ubah dulu semua adat dari kampung. Disamakan dulu, " kata Subagio.
Menurutnya, wajar apabila dalam latihan awal mereka melakukan kesalahan.
"Sampai dua tiga hari itu biasa. Kalau sudah dua minggu itu sudah jadi, " kata Subagio menekankan.
Advertisement