5 Anggapan Seksisme Bagi Perempuan yang Masih Ditemukan di Masyarakat

Berbagai keyakinan yang seksis semacam ini tidak bisa dipungkiri masih eksis di tengah masyarakat. Anggapan apa saja itu?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Agu 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2018, 11:00 WIB
Wanita Karir
Anggapan seksisme yang mendiskriminasi kaum perempuan masih ada di tengah masyarakat (iStockphoto)

 

Liputan6.com, Jakarta Saat ini, masih banyak orang yang mempercayai keyakinan yang bersifat seksisme dan bias gender. Entah karena hal tersebut sudah ada dalam budaya mereka, atau karena pengaruh nilai-nilai lainnya.

Sayangnya, keyakinan seksisme semacam ini terkadang membuat rentannya perilaku-perilaku kejahatan yang bias gender terjadi dalam masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga tidak berkontribusi pada kemajuan suatu masyarakat.

Dilansir dari Step to Health pada Selasa (31/4/2018), berikut ini beberapa anggapan yang bersifat seksisme dan masih ada di masyarakat.

1. Wanita dilahirkan untuk menjadi seorang ibu

Secara fakta, memang benar hanya wanita yang bisa hamil. Namun, ini membuat beberapa orang menganggap bahwa tujuan wanita hanyalah beranak saja.

Keyakinan semacam ini membuat mereka yang tidak atau belum memiliki anak dianggap "belum jadi wanita seutuhnya."

Menjadi seorang ibu lebih dari sekadar merawat anak. Mereka harus benar-benar peduli pada buah hati. Sayangnya itu yang membuat beberapa orang beranggapan mereka harus terus berada di rumah. Anggapan semacam ini membuat perempuan kerap terkekang dan diremehkan. Namun sesungguhnya, menjadi ibu rumah tangga merupakan pekerjaan yang berat.

Simak juga video menarik berikut ini:

 


Memancing pelecehan

Wanita dan zodiak (iStock)
Anggapan seksisme yang mendiskriminasi kaum perempuan masih ada di tengah masyarakat (iStockphoto)

2. Perempuan menjadi sumber pelecehan

Beberapa pemikiran mengatakan bahwa perempuan menjadi sumber dari pelecehan seksual. Orang sering mengatakan bahwa kesalahan terletak pada wanita karena pakaian atau mengapa dia melewati jalan sepi sendirian.

Orang-orang ini hanya membuat pelecehan seksual meningkat hanya karena menganggap korbanlah yang salah pada awalnya.

Bukan masalah bagaimana cara berpakaian Anda atau lewat mana Anda pulang. Tak peduli jenis kelamin, pelecehan seksual jelas tidak dibenarkan.

3. Wanita itu harus lembut, lemah, dan patuh

Anggapan itu ada di mereka yang hidup dalam budaya patriarki yang sangat kental. Secara emosional, perempuan dianggap lebih lembut dan lemah. Istilah "tomboi" kerap disematkan pada mereka yang tidak sesuai dengan parameter tersebut.

Anggapan ini juga berpengaruh pada pria. Mereka yang berjenis kelamin laki-laki dianggap lebih macho. Jika mereka mengekspresikan emosinya, mereka akan dianggap sensitif bukan agresif.

 


Tak bisa memimpin

Susi Pudjiastuti
Menteri Susi Pudjiastuti duet bareng atlet Lalu Zohri Kampanye Makan Ikan di CFD, Jakarta, Minggu (29/7/2018). (Instagram)

4. Perempuan tak bisa jadi pemimpin

Sekalipun tak terbukti, masih banyak orang beranggapan bahwa wanita tak bisa menjadi pemimpin. Mereka bahkan mengkritik para perempuan yang telah membuktikan dirinya.

Para penganut seksisme akan terus menghancurkan citra seorang wanita yang sesungguhnya kompeten dalam pekerjaannya.

5. Wanita hadir hanya untuk kesenangan

Banyak orang yang masih menganggap bahwa perempuan hanyalah objek pemuas nafsu belaka. Mereka melihat bahwa wanita adalah materi untuk dikonsumsi dan itu tercermin dalam banyaknya media kita saat ini. Contohnya dalam bidang periklanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya