Sembelit Nyaris Tewaskan Seorang Pria

Mengalami sembelit yang parah membuat organ-organ pria ini mati dan nyaris meninggal

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Agu 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2018, 09:00 WIB
Kanker Usus Besar
Seorang pria terkena sembelit kronis dan nyaris meninggal (iStockphoto)

 

Liputan6.com, Jakarta Jangan remehkan sembelit. Seorang pria berusia 24 tahun hampir meninggal karena mengalami hal tersebut.

Sebuah artikel yang diterbitkan di BMJ Case Reports melaporkan, pria tersebut memiliki riwayat sembelit kronis dan mencari bantuan di sebuah klinik, dia mulai mengalami sakit perut dan diare yang berlangsung selama seminggu.

Melansir Health.com pada Rabu (29/8/2018), pemindaian menunjukkan adanya bagian terakhir dari usus besar yang dipenuhi dengan feses. Dia kemudian diberikan obat pencahar telan untuk membantunya.

Dua hari kemudian, dia kembali dengan rasa sakit yang lebih buruk. Dokter menemukan bahwa sembelitnya telah berubah menjadi keadaan gawat darurat. Organ-organnya benar-benar mati dipenuhi dengan "terdesak" oleh kotoran yang menumpuk dalam perutnya.

Hasil CT Scan menunjukkan bahwa pasien menderita kondisi langka yang disebut megacolon dan megarectum. Hal tersebut adalah keadaan ketika usus besar melebar dengan sangat parah.

Jika itu masih belum cukup berbahaya, tekanan itu menyebabkan usus besarnya robek. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa ginjalnya mulai gagal dan ada peningkatan asam dalam darahnya.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di sini

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Jarang Terjadi

Obat PCC
Pria tersebut meminum obat pencahar untuk mengatasi sembelitnya namun tidak berhasil (iStockphoto)

Pria itu segera dilarikan ke ruang operasi. Para ahli bedah segera memperbaikinya dan membebaskannya dari tinja yang menumpuk.

"Pasien dengan kondisi ini melaporkan beberapa kali konstipasi berulang, sakit perut, distensi, dan kembung yang dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja," ujar penulis laporan tersebut,

Meskipun jarang terjadi, ini adalah sebuah kondisi serius yang bisa mengancam jiwa. Untungnya, kebanyakan kasus konstipasi bisa hilang tanpa harus pergi ke UGD.

"Bagi kebanyakan pasien dengan megacolon kronis dan konstipasi, pendekatan non-bedah bisa efektif," papar si penulis.

Perawatan non-bedah seperti enema dan obat pencahar telan mungkin saja berhasil. Pasien bisa dipulangkan dengan menjalani diet dan rutin melakukan pembersihan usus.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya