Jelang Bulan Eliminasi Kaki Gajah, Kenali Lebih Dalam Penyakit Filariasis

Wilayah Indonesia sebagian besar masih berada di wilayah endemik kaki gajah atau filariasis

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 25 Sep 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2018, 16:00 WIB
Ilustrasi kaki (iStockphoto)
Ilustrasi kaki (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Menjelang bulan Oktober, kampanye eliminasi kaki gajah atau filariasis semakin digencarkan. Hal ini karena Indonesia yang merupakan negara tropis, masih dirasa sangat rentan terhadap penyakit tersebut.

"Dia ditularkan oleh cacing yang kecil sekali dan ditularkannya itu tidak dari manusia ke manusia tapi lewat nyamuk, " ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan dr. Elizabeth Jane Soepardi di kantor Kemenkes pada Selasa (25/9/2018).

Dokter Jane mengatakan, apabila cacing tersebut masuk ke dalam tubuh manusia, orang tersebut akan mengalami cacat seumur hidup. Hal ini tidak hanya membuat seseorang mengalami masalah psikologis namun juga berdampak pada kehidupan sosialnya.

Walaupun disebut kaki gajah, namun penyakit filariasis tidak hanya menyerang kaki. Beberapa bagian tubuh seperti skrotum bisa membesar karena hal tersebut.

"Hal ini membuat seseorang jadi bersembunyi," kata Jane. Selain itu, masyarakat menjadi takut tertular karena stigma yang beredar pada pasien penderita kaki gajah.

Jane mengatakan, stigma semacam itu juga beredar karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan pencegahan kaki gajah.

Selain bagian tubuh yang membesar, orang yang menderita kaki gajah juga memiliki urin yang berwarna putih seperti susu. Hal ini disebabkan karena cacing filaria yang tinggal di kelenjar getih bening.

"Itu bisa pecah. Cairan getah bening itu seperti susu memang. Itu pecah dan (cairannya) bisa masuk ke urin, " tambah Jane.

 

Indonesia Wilayah Endemik

Daerah berwarna merah menunjukkan wilayah yang rentan terkena penyakit filariasis atau kaki gajah (sumber: presentasi  Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI)
Daerah berwarna merah menunjukkan wilayah yang rentan terkena penyakit filariasis atau kaki gajah (sumber: presentasi Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI)

Jane juga mengatakan, kebanyakan wilayah di Indonesia sesungguhnya masih merupakan wilayah endemik filariasis. Hanya beberapa daerah yang sudah bebas dari cacing penyebab kaki gajah.

"DKI (Jakarta) itu mungkin sudah hijau (bersih dari filaria), tapi sekelilingnya masih merah (endemik). Bodetabeknya itu merah, kecuali Tangerang. Tapi Bekasi, Depok, itu masih, " kata Jane.

Walaupun begitu, bukan berarti masyarakat benar-benar bebas sepenuhnya dari kaki gajah. Masih ada kemungkinan seseorang tertular filariasis ketika berpindah ke daerah endemik atau karena nyamuk yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

 

Minum Obat Pencegahan

Karena itu, Jane meminta masyarakat melakukan pencegahan kaki gajah. Selain menjaga diri dari nyamuk, mengonsumsi obat pencegahan massal untuk filariasis yang disediakan pemerintah secara gratis, terutama di daerah-daerah endemik yang tingkat mikrofilaria-nya di atas 1 persen.

"Kita harus menyadarkan semua orang, jangan ada yang menolak minum obat, " kata Jane.

Obat ini sendiri berguna untuk mencegah kaki gajah, sekaligus membunuh cacing filariasis itu sendiri. Jane mengatakan, ini bisa menurunkan tingkat angka mikrofilaria.

Mereka yang harus minum obat pencegahan adalah yang berusia 2 sampai 70 tahun dan berada di daerah endemik. Selain itu, orang yang sudah terkena penyakit kaki gajah juga harus mengonsumsinya agar tidak terkena penyakit itu di bagian tubuh yang lain.

Adapun, dalam mengonsumsinya harus dilakukan sesudah makan dan di depan petugas.

Bulan Oktober sendiri dicanangkan oleh pemerintah sebagai Bulan Eliminasi Kaki Gajah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya