Operasi Patah Tulang Pertama Pasca Gempa Palu Sukses Dilakukan

Pasca gempa Palu, operasi fraktur (patah tulang) pertama berhasil dilakukan, yang mana hal itu mencegah kondisi korban memburuk.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Okt 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 17:00 WIB
Gempa Palu
Operasi fraktur pertama pasca gempa dan tsunami Palu di RS Undata Palu. (Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan R)

Liputan6.com, Palu, Sulawesi Tengah Operasi fraktur (patah tulang) pertama pasca gempa Palu di RS Undata Palu, Sulawesi Tengah sukses dilakukan. Adalah tim gabungan dari Public Savety Center (PSC) 119 RS Wahidin, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar, Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin, serta Persatuan Bedah Orthopedi Indonesia (PABOI) yang melakukan operasi fraktur tersebut. 

Sebelum melakukan operasi, tim gabungan menyurvei korban yang membutuhkan tindakan operasi patang tulang.

“Kami langsung survei pasien-pasien yang butuh segera tindakan operasi dan menyiapkan kamar operasi yang bisa dipakai. Pasien butuh segera dioperasi. Bila tidak, nanti kondisinya akan menyebabkan sepsis dan syok hipovolemik, yang berujung kematian," kata Koordinator PABOI Sakti dalam keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (3/10/2018).

Sepsis adalah suatu komplikasi dari infeksi yang bisa mengancam nyawa. Dan, syok hipovolemik merupakan kondisi ketika tubuh mengalami kehilangan lebih dari 20 persen darah atau cairan. Kehilangan cairan yang berat ini membuat kerja jantung untuk memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh menjadi lebih berat seperti melansir Klikdokter.com.

 

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Pasang pin

Dedikasi Tim Penyelamat Evakuasi Korban Tsunami Palu
Tim penyelamat membawa korban selamat dari sebuah bangunan restoran yang rusak akibat gempa dan tsunami yang menghantam Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). (AP Photo/Tatan Syuflana, File)

Kondisi pasien gempa Palu pada umumnya adalah pasien dengan fraktur terbuka, dislokasi--tulang bergeser dan berubah posisi. Mereka juga membutuhkan debridemant--membersihkan kontaminasi yang terdapat di sekitar fraktur dengan melakukan pengangkatan dan amputasi.

Fiksasi eksternal--metode mengatasi fraktur dengan memasukkan pin ke dalam jaringan kulit, jaringan lunak dan tulang pun diperlukan bagi beberapa korban gempa Palu. Hal ini juga ampuh untuk menangani cedera patah tulang.

Tim gabungan berhasil melakukan operasi pasien dengan alat seadanya dan monitor anastesi pada 30 September 2018, lanjut Sakti.

Hingga Senin (1/10/2018) siang, tim medis gabungan sudah mengoperasi 20 pasien patah tulang. Adapun untuk pasien yang dirawat kebanyakan mereka mengalami dehidrasi karena kepanasan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya