7 Langkah Keluar dari Jerat Zona Nyaman

Memang tidak mudah untuk mengawalinya, tapi, bukan berarti mustahil keluar dari zona nyaman.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2018, 13:00 WIB
[Fimela] Dibuang Puluhan Tahun yang Lalu, Sampah Plastik Ini Kembali dan Masih Utuh
Tidak mudah keluar dari zona nyaman, tapi kamu bisa berusaha dengan melakukan beberapa hal ini. (Ilustrasi: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Mungkin selama ini kita sudah merasa sangat nyaman dengan pekerjaan, lingkaran pertemanan, dan rutinitas-rutinitas yang dijalani setiap hari. Apa itu tanda terjebak zona nyaman?

Bisa jadi. Hal ini membuat kita kurang tertarik untuk menantang diri dan mencoba hal-hal yang baru. Namun, terus-terusan berkubang di zona nyaman akan membuat diri kita tidak berkembang.

Adakalanya kita perlu mencoba untuk masuk ke zona keberanian. Yakni sebuah zona mulai berani untuk menetapkan tujuan demi mengubah, mengembangkan, dan mengeksplorasi kemampuan di luar kebiasan.

Memang tidak mudah untuk mengawalinya, tapi, bukan berarti mustahil. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila kamu ingin melangkah menuju zona keberanian ini.

1. Temukan Passion dan Kekuatanmu

Kamu dapat mengawalinya dengan memahami diri sendiri secara jujur. Ambil secarik kertas dan pena, lalu tuliskan kelebihan-kelebihan yang kamu miliki.

Selain itu, tuliskan juga passion atau hal-hal yang biasanya membuatmu menjadi bersemangat . Kalau kamu kesulitan melakukannya, minta teman-teman terdekatmu untuk menuliskan kelebihan yang kamu miliki dari sudut pandang mereka.

Setelah kamu mendapatkan apa passion dan kekuatanmu yang sesungguhnya, mulai buatlah tujuan-tujuan yang baru. Hal selanjutnya yang perlu kamu lakukan adalah fokus dengan tujuan baru yang kamu buat tersebut.

 

Gambar Lingkaran Ketidaknyamananmu

Ilustrasi Zona Nyaman
Ilustrasi berjuang keluar dari zona nyaman (pixabay.com)

Gambar Lingkaran Ketidaknyamananmu

Ambil lagi selembar kertas dan pulpen, gambarlah lingkaran, lalu tuliskan di dalamnya hal-hal yang membuatmu nyaman. Setelah itu, tuliskan di luar lingkaran tersebut hal-hal baru yang sebelumnya takut dilakukan.

Kemudian, buatlah daftar tujuan baru yang ingin kamu lakukan di luar zona nyamanmu. Misalnya, selama ini kamu sudah terlalu nyaman menjadi seorang karyawan dengan gaji yang cukup. Sebenarnya kamu ingin mencoba menjadi pengusaha, akan tetapi kamu takut akan mengalami kegagalan dan kerugian.

Dengan menggambar lingkaran ketidakyamanan ini, kamu bisa dengan mudah mengenali hal-hal apakah yang ada di luar zona nyaman dan belum pernah dicoba sama sekali.

Pahami Ketakutanmu

Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap manusia pasti memiliki ketakutannya masing-masing. Pahamilah bahwa ketakutanmu adalah hal yang wajar.

Orang-orang yang hidup dalam zona nyaman kadang enggan untuk mengakui ketakutannya, dan cenderung tak mau menguji keberaniannya. Misalnya, selama ini kamu sudah sangat nyaman dengan teman-teman yang memiliki kesamaan visi,  hobi, dan kebiasaan. Kamu kemudian enggan untuk berbaur dengan teman-teman dari lingkaran lain yang memiliki perbedaan pandangan.

Bisa jadi karena kamu malas untuk mengalami ketidaknyamanan saat berinteraksi atau takut dicap tidak baik.

Memang, dalam melangkah di zona keberanian, sangat mungkin kita akan mengalami berbagai kesulitan, tantangan, perubahan, dan ketakutan. Namun, dari sinilah perubahan dan pengembangan diri akan dimulai.

Orang yang berada dalam zona keberanian tidak akan berfokus untuk membangun reputasi atau menutupi kekurangan dan ketakutannya. Justru, fokus mereka adalah membenahi diri dari ketakutan tersebut untuk menjadi pribadi yang lebih “berwarna” lagi.

 

Temukan Teman yang Bisa Mendukung

Ilustrasi Diskusi
Ilustrasi diskusi (dok. Piixabay.com/Putu Elmira)

Temukan Teman yang Bisa Mendukung

Tidak ada pencapaian besar dalam sejarah manusia yang dilakukan seorang diri. Bahkan, seorang raja pun masih memerlukan penasihat pribadi. Oleh karena itu, temukan 'circle' yang bisa saling mendukung untuk tetap berada di zona keberanian dan mencapai tujuan yang baru.

Carilah beberapa teman yang siap untuk membantu proses melangkah menuju zona keberanianmu. Temukan teman yang juga memiliki keinginan yang sama denganmu untuk membangun kemampuan di luar zona nyaman.

Terkadang, berteman dengan orang-orang yang memiliki karakter pengambil risiko (risk taker) akan membantu kita menjadi lebih berani. Kita bisa ikut merasakan energi positif, semangat, dan belajar dari kemampuan mereka untuk bangkit kembali setelah melewati kegagalan.

Katakan “Aku Bisa” pada Diri Sendiri

Bisa jadi kita akan gelisah dan tidak yakin atas potensi diri yang dirasa kurang untuk bekal keluar dari zona nyaman. Ada rasa takut untuk beradaptasi, takut untuk gagal, atau takut dipandang aneh oleh orang lain. Namun, coba lepaskanlah kegelisahan itu satu demi satu. Yakinlah bahwa kita juga mampu untuk melakukan hal yang baru.

Mulailah dengan melakukan hal kecil untuk menumbuhkan kembali kepercayaan diri. Misalnya, kamu bisa menghadap di sebuah cermin besar, lalu katakan pada dirimu di depan cermin, “Aku berani dan aku bisa“.

 

Coba Hal yang Baru Sampai Merasa Nyaman

6 Coretan Tangan Ini Bisa Ungkap Sifat Orang, Kamu yang Mana?
Ilustrasi menggambar (pixabay.com)

Coba Hal yang Baru Sampai Merasa Nyaman

Setelah menemukan hal-hal baru yang ingin kamu lakukan, coba lakukan sampai kamu benar-benar merasa nyaman. Hal ini memang membutuhkan proses yang tidak instan. Awalnya kamu mungkin akan merasa sangat tidak nyaman, namun cobalah tetap lakukan. Jangan berhenti. Percayalah, rasa tidak nyaman ini akan berangsur-angsur hilang.

Beri Penghargaan pada Diri Sendiri

Berada di luar zona nyaman terkadang membuat diri kita lebih rentan terhadap stres dan kecemasan. Bila kamu sudah ingin dan mulai mencoba satu hal baru saja, hal itu merupakan sebuah kemajuan. Jangan lupa berikan penghargaan terbaik bagi diri sendiri. Yang terpenting adalah lakukan hal-hal baru di luar zona nyamanmu dengan perasaan senang dan bahagia. Lakukanlah sesuai batas kemampuanmu dan jangan terlalu memaksakan diri terlampau jauh sehingga malah menyiksa diri sendiri.

Tulisan Zahra Gias Tsamarah dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya