Internet Mati 24 Jam Saat Nyepi, Cek Manfaat Detoks Digital

Internet di Bali akan mati 24 jam selama Hari Raya Nyepi, di balik itu ada manfaat detoksifikasi digital.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Mar 2019, 07:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2019, 07:00 WIB
Melihat Prosesi Tawur Agung Kesanga di Pura Aditya Jaya Rawamangun
Sejumlah umat Hindu mengikuti prosesi upacara Tawur Agung Kesanga 2019 di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta, Rabu (6/3). Prosesi Tawur Agung merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Selama Hari Raya Nyepi di Bali, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sudah mengimbau operator seluler untuk mematikan jaringan internet. Jaringan internet akan mati selama 24 jam, berlangsung pada 7 Maret 2019 pukul 06.00 WITA sampai 8 Maret 2019 pukul 06.00 WITA.

Imbauan tersebut dikeluarkan sebagai tindak lanjut atas Seruan Bersama Majelis-majelis Agama dan Keagamaan Provinsi Bali Tahun 2019, dalam rangka pelaksanaan Hari Raya Nyepi yang berlangsung 7 Maret 2019.

Direktorat Telekomunikasi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemkominfo mengeluarkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Imbauan untuk Melaksanakan Seruan Bersama Majelis Agama dan Keagamaan Provinsi Bali Tahun 2019.

Menilik adanya internet mati selama 24 jam selama Nyepi, ada manfaat detoksifikasi digital. Pakar teknologi kesejahteraan Tchiki Davis mengungkapkan, detoksifikas digital akan mengurangi waktu Anda menghabiskan untuk memeriksa ponsel atau merespons pemberitahuan yang muncul. 

"Saya benar-benar percaya, tidak menggunakan ponsel (akses internet) adalah salah satu hal paling berani yang dapat dilakukan, baik untuk sehari atau seminggu. Tidak menggunakan barang elektronik dapat membuat koneksi (hubungan) dengan sesama lebih kuat," jelas Davis, dikutip dari Medical Bag, Kamis, 7 Maret 2019.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Tidur lebih nyenyak dan ingatan makin tajam

Melihat Prosesi Tawur Agung Kesanga di Pura Aditya Jaya Rawamangun
Suasana prosesi upacara Tawur Agung Kesanga 2019 di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta, Rabu (6/3). Prosesi Tawur Agung yang dihadiri umat Hindu merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada 2015, pendiri Kovert Designs (sekarang bernama Vinaya), Kate Unsworth melakukan penelitian dengan mengirim sekelompok peserta, sebanyak 35 pengusaha (CEO dan influencer media sosial) dalam perjalanan ke Maroko. Penelitian mempelajari efek penggunaan elektronik, menurut sebuah artikel yang diterbitkan daring Fast Company 2.

Dalam penelitian tersebut, ada lima ahli saraf yang menyamar untuk mengamati perilaku peserta. Mereka menghabiskan empat hari di padang pasir Maroko untuk saling mengenal secara offline. Ponsel pun disimpan dan tidak digunakan selama empat hari.

Efeknya cepat terlihat. Percakapan yang biasanya berakhir dengan saling menatap ponsel berubah. Mereka saling mengobrol asyik. Pada malam hari, para peserta dilaporkan, mengalami tidur yang lebih nyenyak. Hal ini bisa disebabkan kurangnya cahaya biru dari layar elektronik. 

Mereka juga lebih tajam mengingat sesuatu, postur tubuh membaik ketika mereka berbicara satu sama lain daripada melihat layar ponsel. Para ilmuwan mengamati, peningkatan kontak mata di antara anggota kelompok.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya