Liputan6.com, Jakarta Mengoleskan pasta gigi di bawah mata jadi cara sebagian demonstran serta orang-orang yang berada di sekitar aksi 22 Mei 2019 di Jakarta mengurangi efek gas air mata. Sayangnya, cara tersebut tidak terlalu efektif mengurangi efek gas air mata.
"Memakai pasta gigi maupun sunblock malah juga dapat menyerap gas, sehingga tidak efektif," kata dokter spesialis mata konsultan Gitalisa Andayani dalam pesan teks ke Liputan6.com pada Kamis (23/5/2019).
Bukannya mengurangi risiko dari paparan gas air mata, malah efeknya bisa lebih parah.
Advertisement
"Zat-zat kimia di dalamnya (pasta gigi atau sunblock) bisa bereaksi dengan zat-zat kimia yang terkandung di gas air mata," lanjut Gita.
Lalu, apa cara terbaik mengurangi efek paparan gas air mata?
Gita menjelaskan bahwa proteksi terbaik adalah dengan memakai topeng gas (gas mask). Penggunaan alat ini mampu melindungi mata dan saluran napas.
"Bila tidak ada, 'escape hood' bisa dipakai. Atau setidaknya (pakai) goggle yang rapat udara," saran dokter yang berpraktik di Jakarta Eye Center ini.
Bila tidak ada alat yang bisa melindungi mata dan terpapar gas air mata, Gita menyarankan untuk segera membilas atau mengirigasi mata. Bisa dengan air yang mengalir atau cairan fisiologis seperti NaCl.
"(Bila tidak dibilas) reda, tapi sebaiknya cepat ditangani dengan pembilasan. Dan obat-obatan bila diperlukan. Kalau dibiarkan ada risiko gangguan mata lebih berat seperti infeksi kornea," kata Gita.
Bila masih ada keluhan pada mata usai terpapar gas air mata, segera ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
Pada umumnya gejala usai terpapar gas air mata tidak berat dan dapat kembali berfungsi seperti sediakala. Jarang terjadi paparan gas air mata menyebabkan perdarahan bola mata, radang kornea, glaukoma, katarak atau kebutaan.