Liputan6.com, Jakarta Mikayla Stutchbery tak menyangka dirinya nyaris kehilangan penglihatannya setelah menyuntikkan filler ke wajahnya. Tidak hanya itu, prosedur tersebut juga membuat bibirnya membengkak dan pecah.
Wanita 24 tahun itu sering melakukan botoks dan filler karena melihat teman-temannya juga mendapatkan prosedur itu.
Baca Juga
"Semua teman saya melakukannya, mendapatkan botoks dan filler bibir," katanya seperti dilansir dari New York Post pada Senin (14/10/2019).
Advertisement
Namun, ketika tempat dia biasa melakukan itu sedang sibuk, Mikayla pergi ke sebuah klinik lain di Australia. Usai disuntik, tiba-tiba bibirnya terasa membengkak.
"Satu bagian baru saja mulai membengkak sangat keras dan memutih di sekitarnya," kata wanita asal Victoria itu kepada 9News.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Mengalami Infeksi
Khawatir dengan kondisinya, Mikayla kembali ke klinik tersebut. Namun, para petugas mengatakan hal itu bukan disebabkan oleh filler tapi akibat flu. Selain itu, infeksi yang muncul juga dikarenakan jilatan oleh anjing peliharaannya.
Mantan pekerja untuk disabilitas itu segera pergi ke dokter lalu langsung antibiotik.
"Itu sangat menyakitkan dan kemudian ada saat di mana saya mengalami lecet dan mereka pecah, lalu saya mulai menelan cairan filler dan pingsan," ungkapnya.
Penderitaan itu belum selesai. Mikayla ternyata alergi antibiotik dan harus cuti lama dari pekerjaannya. Dia pun memutuskan untuk tidak lagi bekerja di tempat itu.
Advertisement
Suntikan Salah Sasaran
Mikayla mengatakan bahwa suntikan yang ia dapatkan salah sasaran. Filler tersebut diinjeksikan ke dalam arteri dan nyaris membuatnya buta.
Hal itu dibenarkan oleh Profesor Mark Ashton, mantan presiden Australian Society of Plastic Surgeons. Ia mengatakan bahwa Mikayla sangat beruntung tidak jadi buta karena itu. Hal tersebut karena suntikan itu dimasukkan dalam arteri yang menyuplai bibir bagian atas.
"Filler itu bisa saja menyebabkan kematian jaringan. Itu bisa naik ke wajahnya di sepanjang sisi hidung dan matanya, lalu kemudian dia bisa jadi buta secara instan," kata Ashton.
Pihak klinik tersebut membantah bahwa ada kesalahan prosedur yang dilakukan.
"Tidak ada bukti medis bahwa perawatan Laser Clinic menyebabkan infeksi," tulis pernyataan tersebut. Mereka menegaskan bahwa semua prosedur klinis telah sesuai dengan yang diamanatkan serta tidak ada laporan atau temuan bahwa klinik tersebut mengalami kesalahan prosedur.