Suhu Udara Meningkat, Bolehkan Minum Air Es Usai Panas-Panasan?

Ini suhu air es yang pas usai di luar terkena cuaca panas.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 24 Okt 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2019, 09:00 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Meneguk air es usai panas-panasan di tengah cuaca panas dan terik akhir-akhir ini rasanya bisa melegakan tenggorokan dan mendinginkan badan. Namun, bahaya tidak ya bila minum air es usai terpapar teriknya sinar matahari?

"Boleh saja, tidak masalah," kata Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG) dokter Diana Sunardi SpGK. 

Meski begitu, Diana menyarankan agar minum air es yang diteguk tidak terlalu dingin. Sehingga tidak jauh berbeda dengan suhu tubuh, "Alias cukup 'cool'," sarannya dalam pesan teks ke Liputan6.com ditulis Rabu (23/10/2019).

Air dengan suhu cool cenderung mampu menyegarkan tubuh lebih cepat dibanding suhu hangat.

Di kesempatan yang berbeda, Diana juga pernah menerangkan risiko bila minum air yang terlalu dingin. "Kalau air yang sangat dingin, hal itu malah menyebabkan kram di perut," kata Diana saat itu.

Sementara bila minum air hangat, bakal terjadi peningkatan pergerakan pada usus. Lalu, bila ada rasa begah hal itu akan hilang. Tak jarang diikuti dengan buang angin tapi tidak membuat peningkatan metabolisme tubuh.

Saksikan juga video menarik berikut:

Penyebab Cuaca Panas Akhir-Akhir Ini

Potret Warga Jakarta Saat Dilanda Suhu Panas
Seorang wanita menggunakan payung menyebrang selama gelombang panas di Jakarta, Selasa (22/10/2019). BMKG memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kurang lebih satu minggu ini. Hal ini dikarenakan matahari yang berada dekat dengan jalur khatulistiwa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Suhu udara yang lebih panas ini menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi karena posisi semu matahari yang berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan. Mencakup Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagainya.

"Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan Khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu Matahari," kata Deputi Bidang Meteorologi R Mulyono R Prabowo seperti dikutip dari Antara, Selasa (22/10/2019).

Pada Oktober, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagainya.

Kondisi ini menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan Bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya