Jepang Lepas 210 Ribu Ton Beras Cadangan untuk Atasi Lonjakan Harga

Apa penyebab harga beras di Jepang meroket? Berikut informasi selengkapnya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Feb 2025, 11:01 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2025, 11:01 WIB
Ilustrasi beras.
Ilustrasi beras. (Dok. Freepik)... Selengkapnya

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Jepang mengatakan pada Jumat (14/2/2025), mereka akan melepas stok cadangan beras yang disimpan untuk keperluan darurat sebagai respons terhadap lonjakan harga.

Ini akan menjadi pertama kali pemerintah Jepang melakukannya di luar kondisi darurat akibat gangguan distribusi.

Harga beras terus melonjak dipicu oleh kekurangan akibat cuaca panas ekstrem pada 2023 yang meningkatkan permintaan secara signifikan. Jepang mencatatkan tahun terpanas dalam sejarah pada 2024, saat gelombang panas ekstrem akibat perubahan iklim melanda banyak wilayah di dunia.

Menteri Pertanian Jepang Taku Eto menuturkan bahwa pemerintah akan melepaskan 210.000 ton beras dari cadangan 1 juta ton yang dimiliki.

"Kami ingin memperbaiki situasi distribusi yang terhambat dengan segala cara," ujarnya seperti dikutip dari CNA, Sabtu (15/2).

Pemerintah sebelumnya berharap harga akan stabil saat beras hasil panen baru masuk ke pasaran pada musim gugur, namun kenaikan harga terus berlanjut.

Harga rata-rata ritel untuk sekarung beras 5 kg saat ini adalah 3.688 yen sekitar Rp392 ribu (1 JPY = 106.418 IDR), menurut survei pemerintah pada Februari, naik dari 2.023 yen tahun lalu.

Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, kementerian pertanian memutuskan bulan lalu untuk mengizinkan penjualan cadangan beras pemerintah berdasarkan peraturan baru.

Sebelumnya, beras yang disimpan hanya dapat dilepas dalam keadaan gagal panen yang parah atau bencana, namun perubahan peraturan memungkinkan pelepasan stok cadangan jika distribusi beras dinilai terhambat.

Kementerian harus membeli kembali jumlah beras yang sama dari distributor dalam waktu satu tahun.

Pemerintah Jepang memberlakukan undang-undang untuk menyimpan cadangan beras pada 1995 setelah gagal panen besar pada dua tahun sebelumnya membuat pembeli berdesakan membeli bahan pokok tersebut.

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya