Liputan6.com, Jakarta Para pakar menyarankan orang-orang untuk bekerja tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu agar hidup lebih sehat. Sebuah penelitian mengatakan bahwa lebih dari itu, seseorang berpotensi mengalami kebotakan.
Sebuah studi dari Sungkyunkwan University School of Medicine di Korea Selatan (negara di mana masyarakatnya sering kerja berlebihan), melakukan studi pada lebih dari 13 ribu pria antara usia 20 hingga 59 di tahun 2013 sampai 2017.
Baca Juga
Dilansir dari LAD Bible pada Minggu (27/10/2019), mereka menemukan bahwa orang yang bekerja lebih dari 52 jam dalam seminggu, berisiko hingga dua kali lipat mengalami kebotakan.
Advertisement
Secara umum, stres mengubah kadar hormon di kulit kepala. Kondisi itu ditemukan menghambat pertumbuhan folikel rambut di bagian tubuh itu.
"Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jam kerja panjang yang signifikan terkait dengan perkembangan alocepia pada pekerja pria," kata penulis utama Kyung-Hun Son.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Terhambatnya Pertumbuhan Rambut
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Annals of Occupational and Environmental Medicine ini, terungkap bahwa stres menyebabkan fase katagen atau beristirahat. Di sini, rambut berhenti tumbuh secara aktif.
"Dalam percobaan pada tikus, stres secara signifikan terkait dengan terhambatnya pertumbuhan rambut, induksi siklus catagen, dan kerusakan folikel rambut."
Selain itu, studi ini senada dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa stres bisa menimbulkan cedera dan radang folikel rambut, kematian sel, hingga menghambat pertumbuhan rambut.
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, kita dapat dengan hati-hati berasumsi bahwa hubungan antara jam kerja yang panjang dan pengembangan alopecia, kemungkinan dimediasi oleh stres yang terkait pekerjaan."
Kyung-Hun mengatakan bahwa dibutuhkan batasan jam kerja agar masalah kerontokan rambut tidak terjadi di usia muda. "Intervensi preventif untuk mempromosikan jam kerja yang sesuai dan wajar diperlukan dalam masyarakat kita,"Â ujarnya.
Walau begitu, penelitian ini tidak melakukan analisis terhadap wanita.
Advertisement