Liputan6.com, Jakarta Setiap anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orangtua untuk bisa berkembang dengan baik. Hubungan yang baik dengan orangtua bisa memudahkan proses pembentukan diri anak.
Pendiri dan Kepala Akademik Montessori Haus Asia, Rosalynn Tamara mengatakan bahwa emotional bonding atau ikatan emosional juga dibutuhkan. Berikut tiga unsur yang penting dalam membangun ikatan emosi antara orangtua dan anak:
Baca Juga
1. Pentingkan kesehatan emosi anak
Advertisement
“Ketika anak ada kesalahan, harus segera dikoreksi, tapi tidak menakut-nakuti,” kata Rosalynn.
Misalkan anak memakan sesuatu yang berbahaya, orangtua cenderung akan berteriak dan memarahi si Kecil. Kemudian, orangtua bakal berkata bahwa ia tidak boleh makan hal yang berbahaya tersebut.
Maksud yang ingin disampaikan orangtua memang demi kebaikan anak tapi yang ditangkap anak justru lain. Si Kecil justru akan mengingat hal itu sebagai pengalaman yang sangat menyeramkan dan bisa terekam dalam ingatannya, tanpa menangkap maksud yang ingin disampaikan.
Bila orangtua kerap marah-marah, anak bisa berkembang menjadi pribadi yang menyimpan dendam, pemarah dan sebagainya.
2. Beri Contoh
“Kalau salah, mulailah dari kita untuk mencontohkan. Lalu, tidak menyalahkan anak, tidak memojokkan anak. Mencontohkan ya, bukannya bilang ‘no’,” kata Rosalynn dalam acara ulang tahun pertama Orami Community di Jakarta beberapa waktu lalu.
Pendiri Montessori Haus Asia ini menganjurkan orangtua untuk mencontohkan cari bertindak yang benar pada anak. Lebih baik mengajak anak untuk melakukan hal yang benar daripada menyalahkan. Sehingga anak bisa memahami dan meniru. Bukan mengingat emosi orangtua sebagai pengalaman yang buruk tanpa memahami apa kesalahannya.
Advertisement
3. Ikhlas
keikhlasan merupakan salah satu hal yang perlu dimiliki oleh orangtua. Akan ada saatnya di mana seorang anak berteriak dan mengatakan bahwa ia membenci orangtuanya dengan kesal.
Jika emosi orangtua tersulut maka yang timbul adalah perasaan bersalah yang besar pada anak. Namun, bila orangtua memiliki penerimaan secara ikhlas, maka akan muncul pemahaman bahwa si Kecil sedang mengekspresikan rasa tidak suka terhadap sesuatu.
Setelah menenangkan diri, Rosalynn menyarankan orangtua untuk menghampiri sang buah hati dan memberikan penjelasan di balik tindakan atau disiplin yang diberikan kepada anak.
“Selalu kasih penjelasan. Sekecil apapun itu, kita harus kasih penjelasan. Saya yakin, banyak dari kita yang tumbuh tanpa penjelasan,” kata Rosalynn.
Bila orangtua mau mengeluarkan usaha untuk memberikan penjelasan yang masuk akal, maka pemahaman anak juga akan lebih tanpa merusak hubungan emosional.
Penulis : Selma Vandika