Cek Fakta Kesehatan: Anak SD Dapat Vaksin HPV Tidak Tepat?

Vaksin HPV yang berguna untuk mencegah kanker serviks konon hanya untuk yang ingin menikah saja. Benar begitu? Cek fakta akan hal itu di sini.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 27 Nov 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2019, 09:00 WIB
Vaksin HPV (iStockphoto)
Vaksin HPV (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang ibu yang enggan disebutkan namanya bercerita bahwa di sekolah anaknya akan mengadakan suntik vaksin HPV (human papilloma virus) khusus murid kelas 5 Sekolah Dasar (SD).

Saat ide tersebut tercetus dari pihak sekolah, respons bernada nyinyir justru keluar dari sebagian orangtua.

"Mereka bilang buat apa? Anak masih SD kok disuntik khusus orang dewasa yang akan menikah? Anak-anak ini masih kecil, belum kepikiran untuk menikah," cerita wanita itu.

Beruntung, di grup aplikasi pesan singkat yang berisi para orangtua murid ada yang seorang praktisi kesehatan, yang dengan sabar mau menjelaskan keuntungan dari vaksinasi HPV sedini mungkin.

"Sebenarnya, saya pun sudah tahu soal itu, tapi saya enggak enak untuk ngomong karena saya sadar background saya bukan dokter. Untung ada yang berani ngomong, jadi orangtua murid yang awalnya tidak setuju jadi setuju," katanya.

Menurut ibu itu, kegiatan pemberian vaksin HPV itu jadi dilaksanakan dan rencananya akan berlangsung pada Januari 2020. "Anak saya tentu saja saya suruh ikut. Itu kan berguna buat dia nantinya," ujarnya.

 

Simak Video Menarik Terkait Vaksin HPV

Manfaat Vaksin HPV

Vaksin HPV (iStockphoto)
Program Nasional Vaksin HPV Harus Segera Terlaksana Kalau Bisa Sebelum 2020 (iStockphoto)

Suntik vaksin HPV bertujuan untuk mencegah wanita terhindar dari kanker serviks atau mulut rahim.

Di Indonesia, berdasarkan data dari Global Cancer Incidence, Mortality, and Prevalance (GLOBOCAN) 2018, kasus dari salah satu jenis kanker yang bisa dicegah ini terus meningkat.

Dokter Venita Eng MSc, perwakilan dari Yayasan Kanker Indonesia DKI Jakarta dan Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) mengatakan bahwa lebih dari 50 orang anak di Indonesia menjadi piatu setiap bulannya, lantaran sang ibu meninggal dunia akibat kanker serviks.

"50 itu jumlah per hari, berarti setahun sekitar 18 ribu. Segitu banyaknya orang yang kehilangan ibunya. Itu kalau anaknya satu. Kalau anaknya tiga, berarti tiga orang anak menjadi anak piatu. Jadi, kalau dikali banyak sekali," kata Venita kepada Health Liputan6.com usai meluncurkan kampanye Sehat Sebelum Nikah: Pentingnya Vaksinasi HPV untuk Pasangan yang Berencana Menikah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan pada Selasa, 26 November 2019.

Padahal, mencegah datangnya penyakit ini sangat mudah, yaitu dengan suntik vaksin HPV. Vaksinasi ini bukan suatu hal yang menakutkan dan prosesnya sederhana.

 

Pemberian Vaksin HPV Sejak Anak SD

Vaksin HPV (iStockphoto)
Pemberian vaksin HPV baik untuk mencegah kanker serviks (iStockphoto)

Untuk hasil yang maksimal, Venita mengatakan bahwa suntik vaksin HPV bisa dimulai dari kisaran umur sembilan sampai tiga tahun.

Mengapa di usia anak kelas 5 SD? Sebab, di usia tersebut anak memiliki imunitas tubuh dengan respons yang sangat baik. Ditambah pula belum aktif secara seksual.

Jumlah vaksinasi yang diberikan pada anak sebanyak dua kali. Dimulai dari vaksinasi HPV enam sampai 12 bulan setelah dosis pertama.

"Setelah anak berusia 13 tahun, vaksinasi HPV dilakukan sebanyak tiga kali," katanya.

Venita menyadari bahwa tantangan untuk memberikan vaksin HPV ke anak-anak adalah omongan dari orang-orang. Tidak sedikit di luar sana, yang menganggap vaksin ini hanya untuk wanita dewasa yang akan menikah.

Jangankan anak-anak, lanjut dia, wanita dewasa yang berencana vaksinasi HPV pun masih dipandang yang 'aneh-aneh' sama orang lain. Mereka bilang, vaksin HPV hanya untuk mereka yang berperilaku seks bebas. 

"Jangan stigma kan kanker serviks dengan seksualitas," katanya.

"Banyak pasienku yang berhijab, hidup baik-baik, bisa kena kanker serviks. Maksud saya, kita enggak bisa bilang kalau kanker serviks ini hanya menimpa masyarakat-masyarakat berperilaku seks bebas. Tidak," Venita menekankan.

 

Kanker Serviks Bisa Menimpa Siapa Saja

Vaksin HPV (iStockphoto)
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) mendesak pemerinta segara menjadikan vaksin HPV sebagai program nasional (iStockphoto)

Memang, terpaparnya virus HPV ini lewat kontak seks atau skin to skin. "Tapi tidak berarti hanya orang 'nakal' yang kena kanker serviks, enggak sama sekali," ujarnya.

Yang namanya wanita, kata Venita, punya serviks, oleh sebab itu lindungi. Tidak peduli latar belakangnya maupun perilaku seksualnya, kanker serviks bisa menimpa siapa saja.

"Masyarakat kita memang begitu. Di luar negeri, ke obgyn itu biasa banget. Coba di Indonesia, belum menikah datang ke obgyn pasti dikira hamil. Padahal, enggak cuma itu," katanya.

Venita hanya mengingatkan bahwa ketika wanita mendatangi seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan tidak melulu soal kehamilan. Menstruasi tidak teratur dan keputihan pun akan datang ke sana.

"Jangan sampai kesehatan itu dikaitkan dengan seksualitas dan lain-lain," katanya.

"Jangan berpikir cuma perempuan nakal yang terkena kanker serviks . Itu mitos banget," lanjutnya.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya