Vaksin HPV Bikin Mandul Itu Hoaks

Dokter menegaskan bahwa vaksin HPV yang dapat mencegah kanker serviks tidak menyebabkan mandul.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 27 Apr 2018, 16:30 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2018, 16:30 WIB
Vaksin HPV (iStockphoto)
Vaksin HPV Bikin Mandul Hanya Mitos (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Meskipun vaksin HPV bisa menangkal serviks mencapai 99 persen, faktanya, masih banyak yang enggan melakukan vaksinasi.

Alasannya, suntik vaksin HPV dan vaksin-vaksin lainnya berisiko membuat mereka jadi mandul atau osteoporosis. Padahal, pendapat itu sama sekali tidak benar.

Ada dua jenis kanker yang bisa dicegah dengan vaksin, yaitu kanker hati dan kanker serviks. Sebab, pemicu munculnya dua jenis kanker ini bukan karena faktor gaya hidup maupun keturunan (genetik), tapi karena virus Human Papiloma Virus tipe 16 dan 18.

Terkait pandangan yang salah soal vaksin HPV tersebut, dokter spesialis penyakit dalam dari In Harmony Clinic, Kristoforus Hendra Djaya, menegaskan bahwa vaksin HPV hanya menangkap sel kanker yang masuk ke serviks, sehingga tidak ada efek samping yang ditakutkan itu.

"Memang akan timbul efek ringan setelah divaksin HPV, tapi itu pertanda vaksin bekerja di tubuh pasien. Tubuh menunjukkan reaksi bikin antibodi," kata dia pada sebuah diskusi belum lama ini.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Efek yang Dirasakan Setelah Vaksin HPV

Vaksin HPV (iStockphoto)
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) mendesak pemerinta segara menjadikan vaksin HPV sebagai program nasional (iStockphoto)

Dalam kesempatan itu, Kristo menjelaskan, vaksin HPV dibuat semirip mungkin dengan virus, tapi tidak memiliki DNA yang bisa mereplikasi diri, hanya selubung kulit yang kosong.

Karena itu, vaksin tersebut tidak akan mengubah sel di serviks menjadi ganas.

Apabila setelah vaksin tubuh terasa pegal dan demam, Kristo memastikan bahwa itu hal yang normal. Itu merupakan gejala sampingan tahap ringan yang bisa hilang sendiri dalam kurun waktu tidak lebih dari lima hari.

"Jika lebih dari dua hari masih panas juga, parasetamol cukup untuk meringankan gejala-gejala tersebut," kata Kristo menekankan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya