Asap Rokok Saja Bikin Siapa pun Rentan Kena Kanker Paru-paru

Kanker paru-paru bisa terjadi karena paparan asap rokok, polutan, dan molekul-molekul lainnya

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Nov 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2019, 11:00 WIB
20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Cancer Information & Support Center (CISC), Aryanthi Baramuli Putri SH MH menyebut bahwa kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker. Bahkan, presentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kematian karena jenis kanker lainnya seperti kanker prostat, payudara, dan kolorektal.

Menurut dia tingkat survival lima tahunan kanker paru-paru sangat rendah dan tergantung pada stadium ditemukannya kanker.

dr Evelina Suzanna SpPA dari Pusat Kanker Nasional - Rumah Sakit Kanker Dharmais, hal ini terjadi karena belum adanya deteksi dini yang resmi dari lembaga kesehatan manapun untuk kanker paru-paru. Sehingga tingginya angka kematian akibat kanker paru masih tinggi.

“Tidak ada deteksi dini yang resmi dari WHO (World Health Organization) untuk penyakit kanker paru, walaupun Jepang pernah mencoba melakukan CT-scan dan tertangkap itu bukan deteksi dini. Deteksi dini itu sebelum sel kanker ditangkap, nah itu baru deteksi dini,” kata Evelina di acara diskusi media Kanker Paru ALK-Positif: Kenali, Periksa, Tangani Bersama belum lama ini.

 


Gejala Kanker Paru-paru

20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Pada awalnya kanker paru memang tidak akan menunjukkan gejala karena yang rusak adalah sel tubuh sendiri, sementara penyakit lain seperti TBC (Tuberkulosis) atau Pneumonia disebabkan karena adanya kuman yang masuk ke dalam tubuh dan pasti akan menunjukkan gejala awal seperti demam, meriang, keringat malam, batuk malam hari, dan merasa tidak nyaman.

“Kalau batuknya TBC batuknya yang berdehem-dehem, batuknya bukan batuk yang seperti bronkitis, pasti ada demam meriang, keringat malam, batuk malam hari, dan merasa tidak nyaman. Nah, teknologi untuk seseorang itu diketahui TBC atau bukan di Indonesia sudah banyak seperti pemeriksaan dengan foto ronsen, tapi tidak dengan kanker paru-paru, belum ada deteksi dini,” ujar Eveline.

 


Merokok

Merokok
Cara terbaik adalah dengan menghindari aktivitas yang memicu keinginan merokok. (Foto: iStockphoto)

Evelina menambahkan bahwa peningkatan angka kematian karena kanker paru-paru juga disebabkan oleh tingkat konsumsi rokok yang masih sangat tinggi, termasuk tren merokok dengan rokok elektronik (vaping).

Menurutnya, paru-paru sangat lembut dan halus bahkan lebih halus dari kornea mata. Namun, kalau paru-paru terus terasapi membuat sifat elastisnya akan hilang.

Kornea dilindungi oleh cairan air mata dan kelopak mata sehingga kita dapat kornea mata tetap bersih dan dapat melihat dengan jernih. Mata akan iritasi oleh asap rokok yang dibuktikan dengan keringnya permukaan kornea dibersihkan dengan adanya air mata yang mengalir banyak yang pada saat mata terkena asap pada kornea.

“Sementara paru-paru yang tidak terlihat dan terasapi oleh 20 batang rokok setiap hari dapat dibayangkan betapa keringnya paru-paru hingga suatu saat seseorang bisa terkena kanker paru. Jadi itu penyebabnya baru dari asap rokok dan belum yang lain seperti polutan dan asap pembakaran yang lainnya,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama juga ditegaskan oleh dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp. P (K) bahwa rokok elektrik (Vaping) berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan dengan memeriksa urine ditemukan bahwa kandungan nikotin dalam rokok elektrik lebih tinggi daripada rokok konvensional. Sehingga lebih baik mencegah kanker paru dengan cara tidak merokok.

Penulis: Winda Nelfira

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya