WHO: 13 Tantangan Kesehatan Dunia Satu Dekade ke Depan (1)

WHO merilis daftar 13 tantangan bagi dunia kesehatan di seluruh dunia pada 2020-2030

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Jan 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2020, 17:00 WIB
Petugas medis yang mengenakan pakaian pelindung sedang memeriksa pasien di rumah sakit Medical College di Kozhikode, India.
Petugas medis yang mengenakan pakaian pelindung sedang memeriksa pasien di rumah sakit Medical College di Kozhikode, India, pada 21 Mei 2018. (Liputan6/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) merilis 13 tantangan kesehatan dunia yang mendesak untuk diatasi pada tahun 2020. Daftar ini disusun oleh berbagai masukan dari para ahli di seluruh dunia.

"Kita perlu menyadari bahwa kesehatan adalah investasi di masa depan. Negara berinvestasi besar-besaran untuk melindungi rakyatnya dari serangan teroris tetapi tidak terhadap serangan virus, yang bisa jauh lebih mematikan," tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Dilansir dari laman resmi WHO pada Kamis (16/1/2020), Tedros menyatakan wabah penyakit bisa membuat ekonomi dan suatu negara runtuh. Maka dari itu, kesehatan bukan hanya masalah kementerian kesehatan saja.

Berikut ini enam dari 13 tantangan kesehatan dunia yang akan dihadapi hingga tahun 2030.

1. Peningkatan Kesehatan di Tengah Krisis Iklim

WHO menyatakan bahwa krisis iklim adalah krisis kesehatan. Polusi udara membunuh sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Perubahan iklim juga membuat peristiwa cuaca yang lebih ekstrem, memperburuk kekurangan gizi, hingga memicu penyebaran penyakit menular seperti malaria.

"Emisi yang sama yang menyebabkan pemanasan global bertanggung jawab atas lebih dari seperempat kematian akibat serangan jantung, strok, kanker paru, dan penyakit pernapasan kronis," tulis WHO.

Sehingga, para pemimpin baik di sektor publik dan swasta harus bekerja sama untuk membersihkan udara dan mengurangi dampak kesehatan dari perubahan iklim.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Pelayanan Kesehatan di Tengah Konflik

Anak Rohingya Rayakan Idul Adha di Pengungsian
Bocah-bocah Rohingya mengenakan pakain baru selama perayaan Idul Adha di kamp pengungsi Thangkhali, Bangladesh, Rabu (22/8). Hampir setahun mereka menghuni kamp ini usai kabur menghindari represi militer di Negara Bagian Rakhine. (Dibyangshu SARKAR / AFP)

2. Pelayanan Kesehatan di Tengah Konflik dan Krisis

WHO melihat bahwa di 2019, banyak penyakit yang membutuhkan respons cepat di negara-negara dengan konflik berkepanjangan. Petugas dan fasilitas kesehatan juga jadi sasaran.

"WHO mencatat 978 serangan terhadap perawatan kesehatan di 11 negara tahun lalu, dengan 193 kematian."

Selain itu, konflik membuat warga keluar dari rumahnya sendiri dan membuat puluhan juta orang kesulitan mengakses perawatan kesehatan.

3. Perawatan Kesehatan yang Lebih Adil

WHO menyatakan kesenjangan sosial dan ekonomi menghasilkan perbedaan besar dalam kualitas kesehatan masyarakat. Sementara, terjadi peningkatan global pada penyakit tidak menular.

WHO menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengurangi kesenjangan adalah lewat perawatan kesehatan primer yang menjawab sebagian besar kebutuhan kesehatan. Mereka menyerukan pada semua negara untuk mengalokasikan 1 persen lebih banyak dari Produk Domestik Bruto untuk meningkatkan layanan kesehatan primer.

Akses Obat dan Penyakit Menular

Suntikan dan obat (iStock)
Ilustrasi steroid. (iStockphoto)

4. Memperluas Akses Obat-Obatan

"Akses yang rendah ke produk kesehatan berkualitas mengancam kesehatan dan kehidupan, yang dapat membahayakan pasien dan memicu resistensi obat," tulis WHO.

Mereka menyatakan, dalam sebagian besar sistem kesehatan, obat-obatan dan produk kesehatan merupakan pengeluaran terbesar kedua setelah pekerja.

5. Menghentikan Penyakit Menular

WHO memperkirakan pada tahun 2020, HIV, tuberkulosis, hepatitis, malaria, dan penyakit tropis yang diabaikan lain bisa membunuh sekitar 4 juta orang. Kebanyakan dari mereka yang rentan adalah warga miskin.

Selain itu, penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin seperti campak dan polio masih mengancam. Akar penyebabnya adalah tingkat pembiayaan yang tidak mencukupi serta kelemahan sistem kesehatan di negara-negara endemik dan kurangnya komitmen pada negara kaya.

6. Persiapan Hadapi Epidemi

WHO menyatakan bahwa setiap tahunnya, dunia menghabiskan lebih banyak biaya dalam menanggapi wabah penyakit, bencana alam ,dan darurat kesehatan lain ketimbang mempersiapkan dan mencegahnya.

"Ini bukan masalah apakah pandemi lain akan menyerang, tetapi kapan, dan kapan pandemi itu menyebar dengan cepat serta berpotensi mengancam jutaan nyawa," tulis WHO.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya