Pandemi COVID-19 Picu Lonjakan Pembelian Senjata Api di AS

COVID-19 memicu banyaknya masyarakat Amerika Serikat yang membeli senjata api untuk melindung diri dari potensi kerusuhan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Mar 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2020, 07:00 WIB
Tembak Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Ketakutan akan infeksi virus corona atau COVID-19 membuat peningkatan penjualan senjata api dan amunisi di Amerika Serikat. Fenomena tersebut didorong akibat kekhawatiran masyarakat atas terjadinya kekacauan sosial di tengah krisis.

"Ini merupakan kedua kalinya dalam 61 tahun saya berbisnis kami melihat hal seperti ini," kata Larry Hyatt, pemilik sebuah toko senjata terbesar di Charlotte, North Carolina seperti dikutip dari The Guardian pada Selasa (17/3/2020).

"Kami mengalami serbuan besar-besaran dalam pembelian senjata api dan amunisi karena orang merasa perlu untuk melindungi diri mereka sendiri dan keluarganya," kata Hyatt.

Hyatt mengungkapkan, lonjakan tersebut terjadi karena adanya ketakutan atas kehancuran finansial, pandemi COVID-19, kejahatan, dan politik yang membuat suasana menjadi rentan kekacauan.

"Politikus dan orang-orang anti-senjata telah memberi tahu kami sejak lama bahwa kami tidak membutuhkan senjata. Namun saat ini, banyak orang-orang yang benar-benar takut dan mereka dapat membuat keputusan itu sendiri," kata John Gore, seorang pelanggan toko senjata api di California dikutip dari LA Times.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Konsekuensi yang Berbahaya

Penembakan Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Alex Horsman, manajer pemasaran sebuah laman pembelian senjata daring mengatakan bahwa ada hal-hal tertentu yang berdampak pada penjualan amunisi.

"Sebagian besar peristiwa politik atau ketidakstabilan ekonomi ketika orang merasa hak mereka mungkin akan dilanggar. Ini adalah pengalaman pertama kami dengan virus yang mengarah pada peningkatan penjualan," kata Horsman.

Kris Brown, presiden Brady Campaign to Prevent Gun Violence mengatakan bahwa konsekuensi dari pembelian yang disebabkan oleh kepanikan atas respon terhadap pandemi COVID-19 bisa berujung tragis dengan kematian orang-orang.

Di sisi lain, lonjakan penjualan senjata dilaporkan juga terjadi di negara bagian Washington dan California, lokasi kemunculan awal COVID-19 di Amerika Serikat. Penjual mengatakan, banyak dari pembeli adalah orang Asia-Amerika yang khawatir mendapatkan perlakukan kekerasan atas dasar rasial mengingat keluarga asal mereka berada di negara asal penyakit.

"Orang-orang panik karena mereka merasa tidak aman. Mereka khawatir akan kerusuhan atau mungkin orang-orang akan mulai menargetkan orang-orang China," kata David Liu, penjual senjata yang juga keturunan China-Amerika.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya