Liputan6.com, Jakarta Peneliti di China melaporkan adanya potensi pengobatan pada pasien COVID-19 yang mendapatkan plasma darah dari orang-orang yang sembuh dari infeksi virus corona.
Temuan tersebut dimuat di Journal of American Medical Association (JAMA) pada pekan lalu. Para peneliti melakukan tes tersebut pada lima pasien COVID-19 dengan kondisi parah.
Baca Juga
Kelima pasien ini memiliki rentang usia antara 36 hingga 65, dan dua diantaranya dalah perempuan.
Advertisement
Mereka mendapatkan transfusi plasma darah dari orang-orang yang dinyatakan sembuh dari virus corona. Dikutip dari Business Insider Singapore, perawatan ini didasarkan dari fakta bahwa pasien yang pulih memiliki antibodi untuk melawan SARS-CoV-2.
"Dari 5 pasien, 3 sudah dipulangkan dari rumah sakit (waktu inap: 53, 51, dan 55 hari), dan 2 dalam kondisi stabil di 37 hari setelah transfusi," tulis para peneliti dalam abstraksi laporannya seperti dikutip dari laman JAMA Network pada Jumat (3/4/2020).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Keterbatasan Penelitian
Namun, para peneliti mengakui adanya beberapa kelemahan dalam studi ini. Yang pertama adalah tidak adanya kelompok kontrol dalam uji cobanya. Selain itu, sampel hanya dilakukan pada lima pasien sehingga jumlahnya sangat kecil.
"Ukuran sampel yang terbatas dan desain penelitian membatasi pernyataan definitif tentang potensi efektivitas pengobatan ini dan pengamatan ini memerlukan evaluasi dalam uji klinis," tulis para peneliti yang melakukan tes tersebut di departemen penyakit menular Shenzhen Third People's Hospital sejak 20 Januari hingga 25 Maret 2020.
Namun, di tengah keterbatasan dan berpacunya dunia dengan waktu, temuan awal ini meningkatkan potensi transfusi plasma sebagai perawatan COVID-19 yang efektif, terutama pada mereka yang mengalami kondisi kritis.
"Hasilnya menyoroti kemungkinan antibodi dari plasma konvalesen mungkin berkontribusi pada pembersihan virus dan juga perbaikan gejala," kata para peneliti.
Advertisement