Hal yang Paling Banyak Disorot dalam Pengembangan Vaksin COVID-19

Ada hal yang paling banyak disorot dalam pengembangan vaksin COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 12 Jun 2020, 08:01 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2020, 08:01 WIB
Lip 6 default image
Gambar ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta Peneliti dari The Australian National University,  Ines I Atmosukarto, mengungkapkan, ada hal yang paling banyak disoroti dalam pengembangan vaksin COVID-19. Hal itu adalah protein spike yang menjadi fokus para peneliti.

"Karena protein spike merupakan protein yang menutupi permukaan virus. Dan, protein ini sebenarnya digunakan virus Corona sebagai kunci untuk membuka pintu terhadap kejadian infeksi, terutama menginfeksi sel-sel dalam saluran pernapasan," jelas jelas Ines dari John Curtin School Medical Research dalam sesi webinar Apa Kabar Vaksin COVID-19? pada Rabu (10/6/2020).

"Dari 20 persen kasus COVID-19, misalnya, termasuk pasien yang memerlukan perawatan rumah sakit secara intensif. Ini dikarenakan virus Corona yang menggunakan protein spike, lantas menempel pada sel tubuh menyebabkan bisa terjadinya inflamasi (peradangan) pada paru-paru."

Akibatnya, pasien COVID-19 didera badai sitokin. Artinya, sistem kekebalan tubuh sendiri yang akhirnya menyebabkan kerusakan pada berbagai organ, di antaranya jantung dan penggumpalan darah pada sistem organ tubuh. Pasien dapat mengalami infeksi parah, yang berujung pada sulit bernapas.

"Penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 Ini bisa juga cukup parah. Oleh karena itu, diperlukan adanya vaksin untuk melawannya," lanjut Ines.

Hilangkan Virus dari Sel Tubuh

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Vaksin Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan para peneliti di dunia berperan mengaktivasi sel tubuh untuk mengenali virus berbahaya yang tidak dikenali pada tubuh. Sel yang diaktivasi bernama sel Th, yang kemudian bereaksi lalu berujung pada terbentuknya antibodi.

"Antibodi dibentuk dan sifatnya mengikat protein khusus yang ada di permukaan virus. Sehingga protein itu tidak bisa lagi bertemu dengan reseptornya (reseptor pada virus)," Ines menjelaskan.

"Kemudian respons imun akan mengenali sel-sel yang sudah terinfeksi oleh virus dan akan membunuhnya. Ibaratnya akan menghilangkan virus-virus yang tersembunyi di dalam sel-sel tubuh kita sendiri."

Pengembangan vaksin COVID-19 saat ini berjalan baik. Sebut saja perusahaan farmasi Moderna di Amerika yang memasuki praklinis vaksin COVID-19. Di Tiongkok, ada Sinovac Ltd yang sedang tahap kedua uji klinis vaksin COVID-19.

"Kita sebenarnya sangat beruntung karena begitu banyak teknologi yang tersedia untuk pengembangan vaksin COVID-19. Walaupun kita berhasil membuat vaksin, perjalanan mengembangkan vaksin masih sangat panjang," tambah Ines.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya