Rekor Tertinggi, Kasus Virus Corona COVID-19 di AS Tembus 2 Juta

Lockdown baru dilonggarkan, kasus Virus Corona (COVID-19) di AS tembus 2 juta.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Jun 2020, 13:40 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2020, 13:40 WIB
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Liputan6.com, Washington, D.C. - Kasus Virus Corona COVID-19 di Amerika Serikat tembus 2 juta pasien. Posisi AS masih nomor 1 di dunia dalam kasus tertinggi. 

Berdasarkan peta Johns Hopkins University, Kamis (11/6/2020), konfirmasi kasus di AS mencapai 2.000.464 kasus. Sebanyak 112 ribu pasien meninggal dunia dan 533 ribu sembuh.

Rekor baru ini terjadi di tengah lockdown yang sedang dilonggarkan. Pekan lalu, ribuan masyarakat AS juga turun ke jalan untuk demonstrasi.  

Tes Virus Corona di AS adalah yang tertinggi di dunia. Pekan lalu, tes sempat mencapai 1,3 juta tes sehari. 

NPR melaporkan lonjakan pasien di rumah sakit terjadi di Texas, Arizona, Arkansas dan California. New York yang selama ini menjadi lokasi yang terdampak paling parah sedang menunjukkan tren penurunan.

Pekan ini, Arizona rata-rata menunjukan tambahan seribu kasus per harinya. Arizona Public Health Association mengatakan hal ini adalah akibat dari penularan di masyarakat. 

Secara global, ada 7,3 juta kasus corona di dunia. Setelah AS, kasus tertinggi berada di negara berkembang Brasil dengan 772 ribu kasus.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Pandemi Belum Berakhir

Presiden AS Donald Trump bersama Dr. Anthony Fauci dan Dr. Deborah Birx yang menjadi penasihat Gedung Putih melawan Virus Corona (COVID-19)
Presiden AS Donald Trump bersama Dr. Anthony Fauci dan Dr. Deborah Birx yang menjadi penasihat Gedung Putih melawan Virus Corona (COVID-19). Dok: Gedung Putih

Pakar penyakit menular asal Amerika Serikat dr Anthony Fauci mengingatkan bahwa pandemi Virus Corona COVID-19 masih belum usai. Ia menyebut masih ada ketidakpastian terkait virus itu terkait penyebarannya dan dampaknya ke tubuh.

COVID-19 juga dianggap Fauci lebih kompleks dari HIV. 

"Pada periode empat bulan, virus itu telah melumpuhkan seluruh dunia ... Dan ini belum selesai," ujar Fauci seperti dilansir New York Post.

Fauci merupakan anggota gugus tugas Virus Corona di Gedung Putih Amerika Serikat. Kebijakan lockdown di AS sedang perlahan dicabut dan bisnis-bisnis mulai buka.

Tak hanya itu, demo besar-besaran sempat melanda AS pada pekan lalu akibat kematian George Floyd. Fauci menilai demo adalah lokasi sempurna untuk penyebaran virus.

Fauci yang sudah berkarier di bidang kesehatan selama setengah abad ini menjelaskan bahwa satu-satunya cara menyetop virus ini adalah vaksin.

Miliaran dosis vaksin dibutuhkan untuk seluruh dunia, dan Fauci mengapresiasi pengembangan yang dilakukan industri pengobatan. Ia menyebut Virus Corona ini berbeda dengan SARS yang bisa menghilang sendiri.

"Industri tidak bodoh. Mereka paham. SARS dulu punya tingkat penularan yang habis sendiri berkat tindakan kesehatan masyarakat. Tidak mungkin hal itu akan terjadi dengan virus ini," ungkap Fauci.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya