Khawatir Adaptasi Kebiasaan Baru Makin Tularkan COVID-19, Simak Kata Jubir Yuri

Kekhawatirkan Adaptasi Kebiasaan Baru malah makin menularkan COVID-19, simak kata Jubir Yuri.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 02 Jul 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2020, 18:00 WIB
Achmad Yurianto
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (10/6/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Kekhawatiran masa Adaptasi Kebiasaan Baru yang makin menularkan COVID-19 menjadi bayang-bayang sebagian orang. Apalagi bagi masyarakat yang kembali bekerja dan naik transportasi umum.

Tak ayal perjumpaan dengan banyak orang terjadi. Menilik situasi tersebut, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menerangkan, masyarakat harus paham tentang dasar Adaptasi Kebiasaan Baru.

"Sebenarnya, perubahan kebiasaan ini dalam rangka mencegah kemungkinan tertular COVID-19. Karena kita tidak mungkin berharap bahwa kita akan kembali produktif sebagaimana sebelum adanya pandemi," ujar Yuri saat sesi talkshow Melewati Bulan Ke-4: Makin Banyak Yang Sembuh Dari COVID-19? di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (2/7/2020).

"Sampai saat ini masih belum tahu prospek vaksin, akan sampai kapan jadi. Dengan demikian, kembali beraktivitas menjadi sebuah keharusan bagi kita. Tetapi syaratnya harus aman."

Kerentanan dari Kebiasaan Lama

Penertiban PSBB Tidak Pakai Masker
Petugas gabungan memberikan hukuman push up kepada warga yang tidak memakai masker saat razia Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kawasan Jalan Fatmawati, Jakarta, Selasa (28/4/2020). Penertiban terkait pelaksanaan PSBB Jakarta dan memutus rantai penyebaran COVID 19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Yuri menambahkan kita harus paham bagaimana mekanisme penularan COVID-19. Kemudian memahami bagaimana kerentanan terhadap penularan COVID-19 muncul.

"Ini akibat dari kebiasaan-kebiasaan yang dahulu (sebelum COVID-19), di antaranya dulu kan kita terbiasa untuk tidak menjaga jarak, terbiasa untuk tidak menggunakan masker, terbiasa untuk tidak mencuci tangan," tambahnya yang juga Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan.

"Ternyata kebiasaan-kebiasaan itulah yang harus diubah, yang harus ditinggalkan. Karena kebiasaan tersebut yang menjadi pintu gerbang penularan COVID-19."

Lebih lanjut, Yuri menegaskan, kita tidak pernah bisa mengidentifikasi dengan pasti orang yang ada di sekitar. Apakah orang lain yang di sekitar kita membawa virus atau tidak.

"Karena banyak sekali sekarang kasus orang yang membawa virus Corona, tetapi gejalanya minimal sekali bahkan sampai ada faktor subjektif yang mengatakan, 'Saya tidak sakit, panasnya agak tinggi. Biasa panas seperti ini. Batuk-batuk ini biasa aja," lanjutnya.

"Sehingga kemudian orang-orang tersebut bisa saja berada di tengah-tengah kita. Nah, inilah yang harus betul-betul kita waspadai. Sekarang saatnya untuk mengubah kebiasaan agar kita aman dari infeksi COVID-19 dengan menjalankan protokol kesehatan."

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya