Hadapi Bonus Demografi, Perlu Persiapkan Generasi Emas Menuju Keluarga Maju

Bersiap menghadapi bonus demografi diperlukan persiapan generasi emas menuju keluarga maju.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 18 Agu 2020, 15:46 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 15:46 WIB
Perjuangan Anak Sekolah Belajar Jarak Jauh Selama Pandemi
Sejumlah murid SD mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh di sebuah pos keamanan RT 003 RW 006 Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Selain itu, mereka juga mengerjakan tugas sekolah yang diberikan oleh guru melalui aplikasi pesan singkat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Penasihat Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Haryono Suyono menyampaikan, dalam menghadapi bonus demografi, perlu persiapkan generasi emas sekarang hasilkan keluarga yang maju. Dalam hal ini, diharapkan pada saat bonus demografi juga terwujud kualitas keluarga yang sejahtera.

"Bonus demografi ini terjadi jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Sasaran yang utama yang kita lihat keluarga prasejahtera atau keluarga miskin," ujar Haryono dalam webinar Keluargaku, Indonesiaku, Selasa (18/8/2020).

"Untuk ke depannya, bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik perempuan dan laki-laki supaya bersiap hasilkan keluarga yang maju juga. BKKBN pun harus mendorong agar anak balita yang akan menjadi keluarga pada tahun 2045 itu dididik dengan sebaik-baiknya di sekolah."

Menuju keluarga sejahtera dan Indonesia Emas di masa mendatang, pendidikan sekolah--wajib belajar--perempuan dan laki-laki juga harus diperhatikan. Artinya, tidak ada lagi perempuan yang tidak mengecap pendidikan.

"Kita juga harus memerhatikan kaum perempuan, mulai dari anak-anak sampai usia 19 - 20 tahun. Misalnya, hampir separuh perempuan tidak sekolah sampai SMP, bahkan SMA. Sensus juga bisa terlihat, kalau anak perempuan di SD tidak lebih dari tiga dan anak laki-lakinya banyak, berarti di desa itu anak perempuannya tidak sekolah sampai SMP dan SMA," lanjut Haryono.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Pergerakan Bonus Demografi

Perjuangan Anak Sekolah Belajar Jarak Jauh Selama Pandemi
Seorang siswi saat mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh di rumahnya di RT 003 RW 006 Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (14/8/2020). Selama Covid-19, anak-anak memanfaatkan televisi yang ada untuk mengikuti pelajaran sekolah yang disiarkan TVRI. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Situasi bonus demografi rupanya sudah diprediksi sejak lama. Pada tahun 1990-an, pergerakan bonus demografi di Indonesia sudah mulai terlihat.

"Yogyakarta merupakan pelopor bonus demografi mulai tahun 1990-an. Disusul DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara yang mulai mendapatkan bonus demografi pada tahun 1990-an," terang Haryono, yang pernah menjadi Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional era Presiden Soeharto.

"Kemudian pada tahun 2019, provinsi-provinsi lain, tidak saja Jawa Timur, tetapi Jawa Tengah sekarang sudah mendekati era bonus demografi. Begitu juga daerah-daerah dan kabupaten-kabupaten di beberapa provinsi sudah mulai masuk bonus demografi di Indonesia."

Ia melanjutkan, pergerakan bonus demografi akan merembet ke provinsi lain. Di sisi lain, Haryono menyoroti kesehatan lanjut usia (lansia). Bahwa harapan hidup usia lansia sekarang termasuk panjang.

"Lansia zaman sekarang ini umurnya panjang. Jadi, nanti akan lebih panjang lagi. Indonesia akan mempunyai penduduk usia 90 - 95 tahun," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya