Liputan6.com, Jakarta - Ditemukannya vaksin menjadi hal yang paling diharapkan oleh banyak orang untuk memutus penularan COVID-19 dan mengakhiri pandemi.
Namun, Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, mengatakan, ditemukannya vaksin COVID-19 tidak berarti pandemi langsung selesai.
"Semua berharap demikian, vaksin sangat diharapkan agar kita bisa cepat kembali ke kehidupan sebelum pandemi," kata Amin dalam konferensi pers virtual pada Kamis (3/9/2020).
Advertisement
"Namun, yang mau saya sampaikan, sekalipun vaksin sudah ditemukan, kita tetap tidak boleh meninggalkan kewajiban kita untuk mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.
Baca Juga
Amin, mengatakan, seandainya memang awal tahun depan vaksin COVID-19 sudah tersedia, bukan berarti pandemi langsung dinyatakan berakhir.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Butuh Waktu Lama Bagi Virus untuk Hilang
"Mungkin pandemi akan tetap bisa dikendalikan, tetapi kita harus tahu virus itu mungkin akan tetap bersirkulasi di sekitar kita," kata Amin menekankan.
Lebih lanjut, Amin, mengatakan, butuh waktu yang lama untuk sebuah virus benar-benar hilang meski nantinya semakin banyak manusia yang kebal karena vaksinasi.
"Kita punya pengalaman dengan virus cacar. Dibutuhkan waktu antara vaksin yang pertama ditemukan oleh dokter (Edward) Jenner, sampai dengan dunia dinyatakan bebas cacar itu, waktunya 200 tahun. Tapi sekarang dengan teknologi yang lebih maju, kita harapkan kita tidak perlu menunggu sampai 200 tahun," ujarnya.
Dia, menegaskan, meski vaksin sudah ada, menjaga diri dari COVID-19 dengan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) tetap harus diterapkan.
"Apakah bisa hidup normal seperti sebelum pandemi? Bisa normal, tetapi normal yang baru,"Â Amin mengingatkan.
Advertisement