Liputan6.com, Jakarta Ada pendapat yang memandang kampanye masker pencegahan COVID-19 seharusnya lebih ditujukan untuk laki-laki. Ini melihat data kasus global, jumlah laki-laki yang terpapar COVID-19 lebih banyak daripada perempuan.
Laporan data Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan yang diakses hari ini pukul 14.50 WIB, dari 176 negara yang laporkan transmisi COVID-19, 50 persen laki-laki positif terpapar, sedangkan perempuan yang terjangkit 46,8 persen.
Advertisement
"Saya pikir, kampanye masker ini enggak membeda-bedakan antara laki atau perempuan. Virus Corona enggak mengenal sasaran laki-laki dan perempuan, semua bisa saja berpotensi terpapar," ujar Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Riskiyana Sukandhi Putra saat seminar virtual, Jumat (4/9/2020).
"Kita juga melihat, baik perempuan maupun laki-laki, apakah dia punya penyakit penyerta (komorbid) atau enggak. Nah, ini yang menjadi fokus, bagaimana kita harus memberikan perhatian kepada orang-orang yang punya komorbid."
Riskiyana melanjutkan, pemberian perhatian juga menyasar kepada kelompok rentan, seperti bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, dan lansia. Mereka mempunyai risiko rentan terserang COVID-19. Perlindungan dengan disiplin pakai masker menjadi salah satu upaya mencegah penularan COVID-19.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Perilaku Kepatuhan dari Sisi Psikologis
Ahli psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk pernah menyampaikan, ada perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari sisi psikologis. Contohnya, dalam perilaku penggunaan masker sebagai perlindungan diri.
Bahwa perempuan lebih aware mematuhi protokol kesehatan. Temuan ini, Hamdi himpun dari penelitian luar negeri.
"Dari faktor perilaku dalam konteks mematuhi peraturan kesehatan, ada yang disebut dengan persepsi risiko. Laki-laki itu risikonya jauh lebih rendah (mematuhi protokol kesehatan) daripada perempuan," papar Hamdi saat dialog di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (24/8/2020).
"Studi psikologi membuktikan begitu. Jadi laki-laki cenderung menganggap enteng. Kalau bahasa awamnya, perempuan itu jauh lebih takut ya."
Selain itu, dari sisi budaya, laki-laki sering dianggap maskulin. Ada stigma maskulinitas laki-laki perkasa tidak akan tertular COVID-19, sehingga perempuan jauh lebih tertib terkait kepatuhan.
"Padahal, enggak begitu. Virus Corona tidak memandang maskulin atau feminim," lanjut Hamdi.
Â
Advertisement