105 Dokter Meninggal Terkait COVID-19, IDI: Perlu Upaya Perbaiki Sistem Beban Kerja

Tercatat 105 dokter meninggal terkait COVID-19, IDI tekankan perlu upaya memperbaiki sistem beban kerja.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Sep 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 21:00 WIB
Penelitian terkait virus corona
Tercatat 105 dokter meninggal terkait COVID-19, IDI tekankan perlu upaya memperbaiki sistem beban kerja. Loreal UNESCO for Woman in Science/ Andrea Piacquadio from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Hingga hari ini, 3 September 2020, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat 105 dokter meninggal terkait COVID-19. Data Pengurus Besar (PB) IDI sebelumnya, genap 100 dokter meninggal terkait COVID-19 per 30 Agustus 2020.

Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi menyoroti, rasio kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia termasuk tertinggi di dunia dibandingkan di negara lain, yakni nomor 3 setelah Rusia dan Mesir serta tertinggi nomor 1 di Asia.

"Oleh karena itu, perlu upaya memperbaiki sistem beban kerja tenaga medis dan kesehatan serta fase istirahatnya," jelas Adib sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Kamis (3/9/2020).

Dalam hal ini, dokter dan tenaga kesehatan dapat mempunyai cukup waktu untuk istirahat, sehingga menghindari terjadi kelelahan.

"Ketika didera kelelahan, tenaga medis akan berisiko tinggi terpapar COVID-19," lanjut Adib.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Pemetaan Faskes dan SDM

Rumah Sakit Rujukan Pasien Covid di Solo
RSUD dr Moewardi Solo menjadi rumah sakit rujukan untuk penanganan pasien virus corona atau Covid-19 di Solo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Upaya pemetaan (mapping) ketersediaan fasilitas kesehatan (faskes) dan sumber daya manusia (SDM) perlu dilakukan. Hal ini menjadi bekal dalam melihat seberapa besar kemampuan masing-masing wilayah untuk menangani pasien COVID-19.

"Mapping ketersediaan faskes dan SDM berbasis kewilayahan harus dilakukan untuk menilai kesiapan dan kemampuan wilayah, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya antisipasi atau pencegahan," tambah Adib yang juga Wakil Ketua Umum PB IDI.

Lebih lanjut, ia mengatakan, saat ini semua tenaga medis dan kesehatan memiliki potensi risiko yang sama untuk terpapar COVID-19.

"Apalagi paparan transmisi lokal di masyarakat cukup tinggi serta pasien tanpa gejala (Orang Tanpa Gejala/OTG)--yang termasuk kasus suspek--juga meningkat," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya