Mengenal Syndromic Testing, Upaya Deteksi COVID-19 dalam 45 Menit

Dalam mencegah dan menekan infeksi COVID-19, para ahli tengah mengupayakan deteksi COVID-19 dengan syndromic testing.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Sep 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2020, 20:00 WIB
Pemeriksaan Sampel Tes PCR Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta
Tim medis melakukan pengujian sampel dengan metode PCR di laboratorium pemeriksaan Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta, Selasa (4/8/2020). Labkesda DKI yang berjejaring dengan 47 lab se-Jakarta dalam sehari mampu menguji hampir 10.000 spesimen Covid-19 dengan metode PCR. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Dalam mencegah dan menekan infeksi COVID-19, para ahli tengah mengupayakan deteksi COVID-19 dengan syndromic testing.

Deteksi COVID-19 dengan pemeriksaan syndromic testing adalah pemeriksaan dengan menggunakan Rapid Multiplex Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi material genetic dari beberapa target mikroorganisme patogen sekaligus. 

“Saat ini kita memiliki 322 Laboratorium Pemeriksaan COVID-19 yang terstandarisasi sesuai standar WHO, yang tersebar di Indonesia dengan berbagai tantangannya antara lain;  sumber daya manusia, laboratorium terbatas, teknisi lab khusus, infrastruktur desain lab, mesin RT PCR, ketersediaan Reagen dan bahan habis pakai  serta validitas reagen,” kata Prof. Dr. H. Abdul Kadir, PhD, Sp.THT-KL(K), MARS Plt. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes dalam webinar Kalbe, (12/9/2020).

“Untuk itu ke depannya, kami akan terus menjaga dan meningkatkan kualitas laboratorium termasuk biosafety dan biosecurity, memperkuat jejaring  laboratorium, memperbaiki sistem manajemen data laboratorium nasional dan memperkuat kolaborasi penelitian dan pengembangan COVID-19,” lanjutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


Hanya Membutuhkan Waktu 45 Menit

Edukasi terkait syndromic testing ini disampaikan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Enseval Medika Prima (EMP)  bekerja sama dengan bioMerieux dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (Patklin).

“EMP mendukung pemerintah dalam mencegah, mengantisipasi, diagnosis dan penanganan penyebaran COVID-19, salah satunya dengan melakukan penyediaan alat pemeriksaan laboratorium molecular untuk mendeteksi dan mendiagnosa  virus  dan pemeriksaan dengan metoda elisa untuk deteksi antibodi yang dihasilkan tubuh,” ujar Sudirman, Business Unit Manager PT Enseval Medika Prima dalam keterangan pers.

“Jadi pemeriksaan molecular ini dapat dilakukan untuk beberapa jenis patogen secara bersamaan (syndromic testing) dengan lama pemeriksaan sampai mendapatkan hasil hanya membutuhkan waktu 45 menit,” lanjutnya.

Sudirman menjelaskan bahwa dalam teknologi pemeriksaan yang disebut rapid multiplex PCR ini, EMP  bekerjasama dengan bioMerieux Francis,  yang  memproduksi dan mengembangkan solusi In-Vitro Diagnostic  syndromic testing ini dan diberi nama Bio-Fire Film Array (sistem, reagen, perangkat lunak, dan layanan purna jual) untuk rumah sakit atau laboratorium pemerintah dan swasta dalam mendiagnosis penyakit menular seperti COVID-19 ini.

Ia menambahkan, selain diagnosis, manajemen pengobatan penyakit juga menjadi sangat penting karena sebagian besar pasien COVID-19 yang meninggal memiliki penyakit penyerta dan atau terjadi ko-infeksi (infeksi tambahan). 

Ko-infeksi dapat memperburuk keadaan penderita dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.  Ko-infeksi yang sering terjadi adalah terdapatnya infeksi bakteri selain infeksi virus yang menyebabkan kondisi penderita menjadi sangat buruk.  

Menurutnya, untuk mengatasi infeksi bakteri ini,  pemberian antibiotik yang rasional dan tepat menjadi sangat penting . Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan kultur guna mengetahui bakteri patogen yang menginfeksi termasuk antimikroba yang tepat untuk mengatasi infeksi tersebut. 


Infografis Mutasi COVID-19:

Infografis Mutasi Virus Corona D614G 10 Kali Lebih Menular. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mutasi Virus Corona D614G 10 Kali Lebih Menular. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya