Liputan6.com, Jakarta Dalam mencegah dan menekan infeksi COVID-19, para ahli tengah mengupayakan deteksi COVID-19 dengan syndromic testing.
Deteksi COVID-19 dengan pemeriksaan syndromic testing adalah pemeriksaan dengan menggunakan Rapid Multiplex Polymerase Chain Reaction (PCR) yang dapat mendeteksi material genetic dari beberapa target mikroorganisme patogen sekaligus.
Baca Juga
“Saat ini kita memiliki 322 Laboratorium Pemeriksaan COVID-19 yang terstandarisasi sesuai standar WHO, yang tersebar di Indonesia dengan berbagai tantangannya antara lain; sumber daya manusia, laboratorium terbatas, teknisi lab khusus, infrastruktur desain lab, mesin RT PCR, ketersediaan Reagen dan bahan habis pakai serta validitas reagen,” kata Prof. Dr. H. Abdul Kadir, PhD, Sp.THT-KL(K), MARS Plt. Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes dalam webinar Kalbe, (12/9/2020).
Advertisement
“Untuk itu ke depannya, kami akan terus menjaga dan meningkatkan kualitas laboratorium termasuk biosafety dan biosecurity, memperkuat jejaring laboratorium, memperbaiki sistem manajemen data laboratorium nasional dan memperkuat kolaborasi penelitian dan pengembangan COVID-19,” lanjutnya.
Simak Video Berikut Ini:
Hanya Membutuhkan Waktu 45 Menit
Edukasi terkait syndromic testing ini disampaikan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak usaha PT Enseval Medika Prima (EMP) bekerja sama dengan bioMerieux dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (Patklin).
“EMP mendukung pemerintah dalam mencegah, mengantisipasi, diagnosis dan penanganan penyebaran COVID-19, salah satunya dengan melakukan penyediaan alat pemeriksaan laboratorium molecular untuk mendeteksi dan mendiagnosa virus dan pemeriksaan dengan metoda elisa untuk deteksi antibodi yang dihasilkan tubuh,” ujar Sudirman, Business Unit Manager PT Enseval Medika Prima dalam keterangan pers.
“Jadi pemeriksaan molecular ini dapat dilakukan untuk beberapa jenis patogen secara bersamaan (syndromic testing) dengan lama pemeriksaan sampai mendapatkan hasil hanya membutuhkan waktu 45 menit,” lanjutnya.
Sudirman menjelaskan bahwa dalam teknologi pemeriksaan yang disebut rapid multiplex PCR ini, EMP bekerjasama dengan bioMerieux Francis, yang memproduksi dan mengembangkan solusi In-Vitro Diagnostic syndromic testing ini dan diberi nama Bio-Fire Film Array (sistem, reagen, perangkat lunak, dan layanan purna jual) untuk rumah sakit atau laboratorium pemerintah dan swasta dalam mendiagnosis penyakit menular seperti COVID-19 ini.
Ia menambahkan, selain diagnosis, manajemen pengobatan penyakit juga menjadi sangat penting karena sebagian besar pasien COVID-19 yang meninggal memiliki penyakit penyerta dan atau terjadi ko-infeksi (infeksi tambahan).
Ko-infeksi dapat memperburuk keadaan penderita dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Ko-infeksi yang sering terjadi adalah terdapatnya infeksi bakteri selain infeksi virus yang menyebabkan kondisi penderita menjadi sangat buruk.
Menurutnya, untuk mengatasi infeksi bakteri ini, pemberian antibiotik yang rasional dan tepat menjadi sangat penting . Untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan kultur guna mengetahui bakteri patogen yang menginfeksi termasuk antimikroba yang tepat untuk mengatasi infeksi tersebut.
Advertisement