Liputan6.com, Jakarta Laporan Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik 2020 menunjukkan bahwa konsumsi rokok menempati peringkat kedua dalam konsumsi rumah tangga di Indonesia pada Maret 2020.
Data tersebut memperlihatkan komoditi utama belanja rumah tangga di Indonesia adalah beras sebanyak 20.2 persen di kota dan 25.3 persen di desa. Sedang, rokok menempati peringkat kedua sebanyak 12.2 persen di kota dan 10.9 persen di desa.
Baca Juga
Di peringkat ketiga ada telur ayam 4.3 persen di kota dan 3.7 persen di desa. Selanjutnya, daging ayam dengan angka 4.1 persen di kota dan 2.4 persen di desa.
Advertisement
Peringkat kelima adalah mie instan dengan angka 2.3 persen di kota dan 2.1 persen di desa.
“Artinya kalau satu keluarga membelanjakan 100 persen uangnya, itu 12 persen untuk beli rokok. Beli telur dan daging hanya 4 persen, gimana mau satu keluarga sehat?” ujar Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kemen PPPA Dra. Lenny Nurhayanti Rosalin, M.Sc dalam webinar Kemen PPPA, (17/9/2020).
“Jadi satu orang yang membeli rokok di keluarga berarti egois karena dia lebih memilih untuk beli rokok dibanding beli makanan bergizi,” tambahnya.
Simak Video Berikut Ini:
Rokok dan Kemiskinan
Melihat angka belanja rokok yang jauh lebih tinggi dari belanja makanan bergizi dapat memicu terjadinya kemiskinan dalam keluarga.
“Ya sudah pasti, orang uangnya untuk beli rokok bukan untuk beli gizi. Ya nanti anaknya kurang gizi, udah kurang gizi nanti sekolahnya terganggu. Kalau sekolahnya terganggu akhirnya pendidikannya tidak maksimal. Kalau pendidikannya tidak maksimal, ya dia pasti jadi SDM yang kurang berkualitas.”
“Kalau dia bukan SDM yang berkualitas, siapa yang mau menerima dia sebagai pekerja, berarti dia tidak produktif. Sementara itu, dia membutuhkan makan, minum, dan lain sebagainya tapi dia tidak bisa bekerja, akhirnya muncullah kemiskinan.”
Advertisement