Peneliti UGM Kembangkan Alat Tes COVID-19 Lewat Embusan Napas dengan Hasil Cepat

Salah satu tim peneliti menyebutkan, alat tes COVID-19 ini juga bisa lebih terjangkau dibandingkan tes usap atau swab PCR

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Sep 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2020, 10:00 WIB
Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Ilmuwan Universitas Gajah Mada (UGM) tengah melakukan pengembangan alat deteksi COVID-19 melalui embusan napas yang diberi nama GeNose. Serah terima teknologi alat tersebut kepada Kemenristek/BRIN sudah dilakukan pada Kamis pekan ini.

Peneliti UGM mengatakan bahwa alat deteksi COVID-19 baru yang mereka kembangkan memiliki kemampuan mendeteksi virus corona penyebab penyakit tersebut dalam waktu cepat.

Dikutip dari laman resmi UGM pada Minggu (27/9/2020), Kuwat Triyono, salah satu peneliti GeNose mengatakan bahwa tidak kurang dari dua menit, hasil tes sudah dapat diketahui.

"Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi," kata Kuwat dalam acara Public Expose GeNose: Teknologi Pengendus COVID-19 di Jakarta beberapa waktu lalu.

Kuwat menyebutkan, alat ini juga bisa lebih terjangkau dibandingkan tes usap atau swab PCR. Satu unit alat tes COVID-19 tersebut diperkirakan berharga sekitar 40 juta rupiah untuk 100 ribu pemakaian.

"Untuk saat ini kemampuan produksi optimum sekitar 50 ribu unit per bulannya," kata Kuwat.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Cara Kerjanya

GeNose, alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas diklaim memiliki tingkat akurasi ketepatan mencapai 97 persen.
GeNose, alat pendeteksi Covid-19 melalui hembusan nafas diklaim memiliki tingkat akurasi ketepatan mencapai 97 persen.

GeNose bekerja dengan mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi COVID-19 yang keluar bersama napas melalui embusan napas ke dalam kantung khusus. Selanjutnya, ia akan diidentifikasi melalui sensor yang datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan.

UGM menyatakan, alat ini telah melalui uji profiling dengan menggunakan 600 sampel data di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid Bambanglipuri, Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan tingkat akurasi sebesar 97 persen.

Usai melakukan uji klinis tahap pertama, alat ini tengah memasuki uji klinis tahap kedua.

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ali Ghufron Mukti mengatakan bahwa pemerintah telah mendorong percepatan penanganan COVID-19 di tanah air sejak lima bulan lalu lewat pengembangan produk obat dan alat kesehatan.

Terkait soal GeNose, Ali berharap agar alat ini nantinya bisa menggantikan uji PCR. "Semoga bisa mengganti PCR, di dunia ini ada tiga negara yang sudah mengembangankan yakni Amerika, Israel dan Indonesia," ujarnya Kamis lalu.

 

Menristek Dukung Pengembangan GeNose

Bambang P. S. Brodjonegoro
Menristek Bambang P. S. Brodjonegoro menyampaikan, kementeriannya tengah melakukan uji klinis terhadap jahe merah, jambu biji, dan minyak kelapa murni untuk COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (3/5/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Sementara itu, sambutan baik juga datang dari Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro.

Seperti dikutip dari News Liputan6.com, Bambang berharap alat ini bisa jadi solusi untuk upaya skrining yang cepat, murah, dan mudah.

"COVID-19 ini istilahnya penyakit yang menyasar saluran pernapasan kita, jadi pendeteksian lewat embusan nafas sangat tepat," kata Bambang dalam keterangan tertulisnya.

Bambang mengatakan, alat ini juga terhubung dengan sistem cloud computing untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time. Ia juga mampu bekerja secara paralel melalui proses diagnosis yang tersentral dalam sistem sehingga validitas data dapat terjaga untuk semua alat yang terkoneksi.

Data yang terkumpul dalam sistem selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan pemetaan, pelacakan, dan pemantauan penyebaran pandemi secara aktual.

Target Mulai Dipakai pada Desember

(Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)
Pemkot Surabaya menyasar lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) yang ada di Surabaya, Jawa Timur untuk gelar tes COVID-19. (Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)

Paripurna Sugarda, Wakil Rektor UGM Bidang Kerjasama dan Alumni, mengatakan bahwa alat berbasis kecerdasan artifisial ini memiliki spesifitas dan sensitivitas yang tinggi serta yang terpenting adalah non-invasif. Diharapkan masyarakat tidak takut lagi melakukan tes.

"Keberadaan alat ini memang sudah ditunggu, namun kami harus tetap disiplin mengikuti clinical test yang kedua ini selesai. Mengenai hilirisasi, kami akan bekerja sama dengan industri dan bimbingan serta dukungan Kemenristek/BRIN serta mitra kami BIN untuk pengembangannya," jelas Paripurna.

Menristek Bambang pun menyatakan siap untuk mendorong, memfasilitasi serta mendukung kegiatan pengembangan alat itu. Ia mengharapkan agar alat ini bisa segera dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat, setidaknya pada Desember 2020.

"Jika sudah uji klinis dan mendapat ijin edar dari Kemenkes, pastikan alat disampaikan pada Satgas bisa menjadi alat tes untuk membantu upaya Indonesia meningkatkan rasio testing," kata Bambang.

Infografis Tes Massal Deteksi Corona COVID-19

Infografis Tes Massal Deteksi Corona Covid-19
Infografis Tes Massal Deteksi Corona Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya