Doni Monardo: Kita Hanya Diminta Disiplin Protokol Kesehatan, Tak Sebanding dengan Perjuangan Dokter

Doni Monardo menyampaikan, kita hanya diminta disiplin protokol kesehatan, tak sebanding dengan perjuangan dokter.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 05 Okt 2020, 17:03 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2020, 14:00 WIB
Doni Monardo
Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menerangkan kehadiran vaksin yang tengah diupayakan kini bukan berarti langsung mampu menghentikan penularan COVID-19 saat rapat koordinasi di Aceh, Sabtu (26/9/2020). (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan, kita diminta disiplin menerapkan protokol kesehatan. Menurutnya, hal itu tidak sebanding dengan perjuangan dokter, tenaga medis, dan tenaga kesehatan lain yang terjun menangani COVID-19.

"Butuh komitmen seluruh komponen yang ada di daerah untuk sama-sama mengendalikan COVID-19. Oleh karena itu, patuh dan disiplin terhadap protokol kesehatan menjadi hal yang sangat penting," ujar Doni dalam dialog Sosialisasi Perubahan Perilaku, ditulis Senin (5/10/2020).

"Kita hanya diminta untuk patuh terhadap protokol kesehatan. Saya ulangi sekali lagi ya, kita hanya diminta untuk disiplin terhadap protokol kesehatan, tidak sebanding dengan perjuangan para dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang merawat pasien di rumah sakit."

Ia meminta masyarakat patuh protokol kesehatan. Imbauan protokol kesehatan yang gencar disampaikan pemerintah, pakar, dan epidemiolog perlu dilakukan.

"Para dokter dan tenaga kesehatan lainnya telah berkorban begitu banyak. Bahkan tidak sedikit dokter yang telah gugur karena tugasnya merawat pasien, termasuk juga pasien non-COVID-19, yang ternyata statusnya itu Orang Tanpa Gejala (OTG)," tambah Doni.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

130 Dokter Gugur Terpapar COVID-19

Kematian COVID-19 di Indonesia
Petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) dan baju hazmat saat proses pemakaman pasien Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Kamis (24/9/2020). Jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 262.022 orang per Kamis (24/9) dengan 10.105 jiwa meninggal dunia. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut ada 130 dokter yang gugur. Data dihimpun sampai 3 Oktober 2020.

Dari 130 dokter yang gugur, terdiri dari 67 dokter umum dengan 4 di antaranya guru besar, 61 dokter spesialis dengan 4 di antaranya guru besar, serta 2 dokter residen.

Keseluruhan dokter berasal dari 18 IDI Wilayah (provinsi) dan 61 IDI Cabang (kota/kabupaten), sebagaimana keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com.

Adapun Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencatat, ada 9 dokter gigi (6 dokter gigi umum, 3 dokter gigi spesialis) dan 92 perawat telah meninggal dunia akibat COVID-19.

Masyarakat Masih Abai

Suasana Operasi Yustisi Protokol Covid-19 Saat PSBB Jakarta
Petugas saat melakukan operasi yustisi protokol kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan warga di Lebek Bulus, Jakarta, Senin (14/9/2020). Pemprov DKI memperketat kembali PSBB karena kasus Covid-19 mengalami peningkatan. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Meski pemerintah dan banyak pihak gencar mengkampanyekan protokol kesehatan, jumlah kematian tenaga kesehatan, terutama dokter semakin bertambah pesat.

Angka kematian yang cepat ini membuktikan masyarakat tidak hanya abai terhadap pelaksanaan protokol kesehatan, melainkan tidak peduli pada keselamatan tenaga kesehatan.

"Kehilangan para tenaga kesehatan merupakan kerugian besar bagi sebuah bangsa, khususnya dalam mempertahankan dan pengembangan aspek kesehatan," terang Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI Ari Kusuma.

"Jumlah tenaga kesehatan, yakni dokter di Indonesia sebelum pandemi COVID-19 termasuk salah satu yang terendah di Asia dan dunia. Dengan jumlah dokter yang ada, rata-rata 1 (satu) orang dokter diestimasikan melayani 3.000 masyarakat."

Ari melanjutkan, banyaknya korban dari tenaga kesehatan berdampak pada layanan kesehatan.

"Layanan pasien baik COVID-19 maupun non-COVID-19 akan terganggu karena kurangnya tenaga medis," lanjutnya.

 

Infografis Bidan dan Apoteker Indonesia Terpapar Covid-19

Infografis Bidan dan Apoteker Indonesia Terpapar Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Bidan dan Apoteker Indonesia Terpapar Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya