Liputan6.com, Jakarta Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti demam, timbul rasa nyeri, atau bengkak di area yang disuntik vaksin lumrah terjadi. KIPI merupakan efek samping dari imunisasi namun tidak berbahaya.
Namun, ketidaktahuan mengenai KIPI serta kekeliruan informasi seputar hal tersebut yang menyebar dengan cepat kerap membuat orang menolak mendapat vaksinasi.
Baca Juga
Aktivis Yayasan Orangtua Peduli dr Endah Citraresmi Sp.A(K) menjelaskan, KIPI disebabkan oleh berbagai faktor, namun efeknya selalu ringan. Ia mencontohkan reaksi suntikan yang menimbulkan bengkak atau nyeri, serta adanya faktor kebetulan akibat suatu peristiwa lainnya yang berbarengan dengan program vaksinasi.
Advertisement
"Atau bisa juga reaksi suntikan tidak langsung, seperti banyak anak yang jadi ketakutan, histeris, akibat vaksin, apalagi kalau dipaksa-paksa," Endah menjelaskan dalam Webinar KPCPEN Disinformasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, Jumat (23/10/2020).
Reaksi KIPI lain yang umum ditemukan di semua vaksin adalah demam. Peningkatan suhu tubuh itu sebagai reaksi inflamasi karena tubuh tengah memproses vaksin. Karenanya, demam yang dialami pasca imunisasi merupakan reaksi normal dan tidak aneh.
Reaksi demam usai vaksinasi atau imunisasi ini pun pernah disinggung oleh Juru Bicara Satgas COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro. "Reaksi demam ini lumrah dan bisa diobati dengan pemberian Paracetmol. Jadi, tidak usah khawatir," tuturnya beberapa waktu lalu.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Hindari Menyebarkan Informasi Keliru
Praktisi Literasi Digital dan Pendiri Akademi Berbagi Ainun Chomsun pun mengingatkan masyarakat agar lebih cermat menyaring informasi terkait vaksin dan KIPI. Dia menyarankan untuk selalu mencari informasi dari lembaga yang kredibel seperti Kementerian Kesehatan.
"Setelah itu, cari di media, tiga media besar pasti akan menuliskan kalau itu memang penting dan berdampak akan hajat hidup orang banyak," ucap Ainun.
Jika informasi yang diterima dari sumber yang belum jelas tidak bisa ditemukan di media, masyarakat diharapkan menahan diri untuk menyebarluaskan informasi itu ke orang lain. Pasalnya, informasi yang salah bisa berdampak negatif dan merugikan orang lain.
"Satu-satunya yang bisa mencegah hoaks adalah diri kita sendiri. Cukup berhenti di diri kita," tutupnya.
Advertisement